HIDUP SEBAGAI KELUARGA ALLAH
1
Korintus 12 : 12
Salah
satu metafora atau gambaran tentang gereja atau orang percaya disebut sebagai
keluarga Allah. Dasarnya jelas, Efesus 2: 19 menyatakan, “Demikianlah kamu
bukan lagi orang asing atau pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang
kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”. Kita disebut anggota keluarga Allah,
oleh karena Kristus telah mendamaikan dan mempersatukan kita dengan Allah. Kita
disebut sebagai anak-anakNya. Itulah status atau keberadaan kita. Jika kita adalah anak Allah, maka Allah lah
yang menjadi Bapa kita, Dialah pemilik hidup kita dan Dia berkuasa atas seluruh
hidup kita.
Prinsip-prinsip hidup
sebagai keluarga Allah:
1. Menjaga atau memelihara kesatuan.
Ada
peribahasa, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh (jangan diplesetkan;
bercerai kawin lagi).
Artinya
bahwa kesatuan itu sangat urgen, karena itu harus tetap dijaga dan dipelihara. Pemerintah
kita terus berjuang mempertahankan NKRI, harga mati. Mengapa kesatuan itu urgen
dalam gereja? Karena kesatuan itu adalah “modal” kekuatan untuk bisa maju dalam
banyak hal. Disisi lain, karena ada banyak perbedaan, sehingga rentan atau
sensitif juga dengan perpecahan. Perbedaan itu berkaitan dengan banyak hal,
seperti latar belakang suku, bahasa dan budaya, perbedaan pendidikan,
pekerjaan, pengalaman, bahkan juga berbeda karunia-karunia dalam pelayanan.
Konteks bacaan kita memang secara spesifik menyatakan adanya perbedaan itu
(Yahudi-Yunani, budak dan orang merdeka), tetapi kita bisa hidup dalam kesatuan
karena kita berasal dari satu Allah, satu Tuhan, satu Roh, satu baptisan (ay.
4-6, 13). Paulus dalam Efesus 4: 3-6 juga mengingatkan jemaat
Efesus supaya berusaha memelihara kesatuan Roh. Setiap kita harus menyadari
perbedaan itu, dan perbedaan dapat diatasi, jika kita menyadari kita satu tubuh
Kristus serta tunduk kepada Kristus yang adalah kepala Gereja. Kesatuan yang dimaksud bukan uniform tapi unity in diversity (kesatuan dalam kepelbagaian/keanekaragaman). Selain
itu, kita harus ingat kesatuan kita adalah kesatuan organis bukan kesatuan
organisatoris semata-mata. Maka kesatuan itu hidup dan semakin erat jika terus
dijaga dan dipelihara melalui relasi rohani yang semakin intim.
2. Bersinergi dalam pelayanan.
Memang
ada perbedaan fungsi atau peran, sesuai dengan karunia masing-masing. Tetapi
jika masing-masing dapat memahami, menerima dan menjalankan perannya dengan
bersinergi satu sama lain, pastilah hasilnya lebih maksimal. Sama seperti satu
tubuh banyak anggota ; semua anggota adalah bagian dari tubuh (ay. 14-20) dan
semua saling membutuhkan (ay. 21-25).
Tidak ada single fighter tapi team work. Tidak ada yang sombong dan
berkata, aku bisa sendiri dan aku tidak membutuhkanmu. Saling menghormati,
karena semua sama-sama penting. Salah satu masalah dalam jemaat Korintus adalah
kesombongan “rohani” karena kepintaran dan karunia-karunia rohani. Terjadi perpecahan dalam jemaat karena tidak
ada sinergi. Yang ada malah membuat kelompok-kelompok dalam gereja (bnd. 1 Kor
1), ada golongan Paulus, Apolos, Kefas dan Kristus. Maka Paulus berkata dalam
pasal 13, sekalipun kamu pintar, memiliki banyak karunia dst, jika tanpa kasih
itu nilainya 0. Ada orang berkata: Kita bisa melayani tanpa kasih, tapi kita
tidak bisa mengasihi tanpa melayani. Karena itu melayanilah dengan kasih dan
tingkatkan sinergi. Seperti kita sekarang ini dalam ibadah; ada pemusik, ada
liturgis, ada singer, ada pengkhotbah, ada majelis semua saling melengkapi
menjadi sebuah tim, sehingga ibadah dapat berjalan dengan baik. Demikian juga
dalam jemaat, hendaklah masing-masing aktif dan bertanggung jawab, tetapi ada
sinergi, tidak jalan sendiri-sendiri.
3. Sehati sepikir dalam keluarga
Sehati
sepikir atau seia sekata. Bahasa umumnya senasib sepenanggungan. Ayat 26, jika
satu anggota menderita, semua anggota turut menderita. Jika satu anggota
dihormati, semua anggota bersukacita. Perlu ada kepekaan melihat situasi atau
keadaan di dalam keluarga. Kita peduli tentang perasaan dan apa yang dipikirkan
oleh orang lain. Paulus berkata; Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Fil.2 :5). Kita harus memiliki pikiran dan perasaan
Kristus, yang rela berkorban demi orang lain. Butuh pengorbanan untuk bisa
sehati sepikir; waktu, tenaga, pikiran, perasaan, uang dll, agar pelayanan
mengalami kemajuan. Keluarga Allah terbangun dengan baik. Filipi 2: 2,
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan
tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian sia-sia... utamakan kepentingan
bersama sebagai keluarga Allah. Dalam konteks jemaat ada visi dan misi, maka
kita buat program sesuai visi misi, dan mari kita tunduk (sehati sepikir) untuk
mencapai tujuan bersama. Senang melihat orang lain berhasil, jangan senang melihat
orang susah atau susah melihat orang lain senang. Sebagai sesama anggota keluarga Allah,
kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Saling mendorong, saling menguatkan,
saling mendoakan atau dengan kata lain, menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Mari
kita terus meningkatkan hubungan kekeluargaan kita dengan menjaga kesatuan,
meningkatkan kerja sama tim atau sinergi dan hidup sehati sepikir supaya Tuhan
dimuliakan dan kitapun diberkati.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar