EFESUS 5 : 1-18
Hidup
adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang
jalan-jalan. Pertanyaannya, dengan siapa kita berjalan dan bagaimana kita
berjalan? Bersama-sama dengan rasul Paulus kita akan pergi jalan-jalan.
1. Berjalan dalam Kasih.
Untuk
memberi penjelasan tentang berjalan dalam kasih, Paulus membawa kita ke Bait
Allah (1-7) dan mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus bagi kita. Yesus
menyerahkan diriNya sebagai korban yang harum bagi Allah menggenapi tuntutan
hukum Taurat. Semua dilakukan karena kasih dan kasih adalah penggenapan Taurat.
Jika kita berjalan dalam kasih, kehidupan kita akan meneladani Krisus menjadi
persembahan yang hidup (Rom.12: 1-2, Filipi 2: 17); menjadi keharuman bagi Tuhan,
seperti Maria yang mengurapi YESUS dengan narwastu, menimbulkan keharuman bagi
seisi rumah (Yoh.12: 1-8). Orang yang hidup dalam kasih, hendaklah menjauhkan
diri dari dosa. Dosa itu jelek dan berbau busuk bagi Tuhan (Yes.3: 24). Seperti
percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, yang kosong dan sembrono
dapat menyesatkan dan mendatangkan murka Allah. Maka “stop”, jangan coba-coba
melakukannya. Berjalan dalam kasih berarti mengasihi bukan hanya dengan perkataan tetapi juga
perbuatan (1 Yoh.3: 18). Seperti apa kasih? Bisa lihat di 1 Kor.13 lebih
lengkap.
2. Berjalan dalam terang.
Hidup
dalam terang akan menghasilkan buah rohani (Gal. 5: 22-23). Untuk itu, Paulus membawa kita jalan-jalan ke
ladang (8-14). Dalam ayat 9, Paulus
memakai kata “buah”. Di ladang kita
dapat melihat dan menemukan buah berbagai pohon atau tanaman. Buah apa yang
dapat dihasilkan dalam terang? Kebaikan, keadilan dan kebenaran. Jika kita berjalan dalam terang, kita tidak
dapat bersekutu dengan kegelapan (2 Kor.6 : 14-18). Artinya kita terpisah atau
sudah dipisahkan dari kegelapan. Ada kontras atau perbedaan antara anak-anak
terang dan anak kegelapan. Kontras berarti berbeda, tidak mirip, tidak abu-abu.
Lain dulu, lain sekarang. Ingat bahwa kegelapan itu sendiri tidak akan
menghasilkan buah apa-apa.
3. Berjalan dalam hikmat.
Selanjutnya
Paulus membawa kita jalan-jalan ke pasar (15-17) dan menasihati kita untuk
menjadi seperti pedagang yang baik, yang tahu memanfaatkan kesempatan.
Pergunakan waktu yang ada, artinya tebuslah waktumu (redeem your time). Konsep
penebusan (lutroo), membawa kita
kepada pasar budak jaman dahulu. Para pedagang harus hati-hati dalam jual beli,
jika kita bisa merugi, bukan untung tapi buntung. Jadi harus putar otak, pakai
akal budi. Jika kita hidup dalam hikmat, kita menggunakan kesempatan dengan
bijaksana. Kita berhati-hati dalam perjalanan, tidak sembarang jalan atau asal
jalan. Perjalanan kita haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan sesuai
dengan kehendakku.
4. Berjalan dalam pimpinan
Roh Kudus.
Lalu,
kita mengikutinya ke aula perjamuan (18-21) dan belajar hidup dalam Roh. Paulus
menyebut hendaklah kamu penuh dengan Roh artinya dikendalikan oleh Roh Kudus
bukan oleh hawa nafsu seperti alkohol. Orang mabuk kehilangan pengendalian
diri, sebaliknya Roh Kudus memberi kita pengendalian diri. Orang mabuk
mengalami kebahagiaan buatan yang bersifat sementara, sedangkan orang percaya
mengalamai sukacita sejati dari Tuhan. Orang mabuk melakukan hal-hal bodoh yang
melukai orang lain dan mempermalukan diri, tetapi orang percaya menolong orang
lain dan hidup memuliakan Tuhan dengan Mazmur, puji-pujian dan nyayian rohani.
Orang mabuk tidak tahu mengucap syukur, tetapi orang yang dipenuhi Roh Kudus
senantiasa bersyukur dan hidup dalam kerendahan hati.
Kiranya
Tuhan menolong kita untuk terus berjalan di jalan Tuhan yakni dalam kasih, dalam terang, dalam hikmat dan
dalam pimpinan Roh Kudus sehingga benar kita menjadi penurut-penurut Allah yang
berkenan kepada Allah. Dengan iman kita menolak jalan lain, yang bukan dari
Tuhan.
Amin