KISAH PARA RASUL 18 : 1-4
“Keluarga Allah yang Misioner”
akan menjadi tema pelayanan kita selama tahun 2016. Mengapa kita mengangkat
tema ini? Pertama, Keluarga adalah
lembaga yang sangat penting di mata Tuhan. Apa yang penting bagi Tuhan menjadi
penting bagi kita. Dialah yang membentuk keluarga untuk melanjutkan misiNya.
Fenomena akhir-akhir ini, topik keluarga banyak dibicarakan terutama karena
semakin maraknya kasus-kasus yang menimpa keluarga yang mengakibatkan
kehancuran rumah tangga. Iblispun gencar untuk menghancurkan, maka hanya dengan
kekuatan Firmanlah, keutuhan keluarga dapat ditingkatkan. Kedua, Gereja mempunyai visi yang jelas agar menjadi
gereja atau jemaat yang misioner. Setiap anggota jemaat perlu kesatuan
pandangan atau pemahaman akan hal ini, agar dapat mengerjakan misi secara
bersama-sama. Setiap anggota dapat menjalankan perannya selaras dengan visi
yang Tuhan sudah tanamkan di dalam gerejaNya. Semua anggota, baik Pendeta,
Majelis, Komisi dan setiap keluarga mau “tunduk” pada visi Tuhan, sehingga apa
yang diharapkan menjadi “Gereja Keluarga” dapat menjadi kenyataan. Apakah
sejauh ini kita sudah merasa satu keluarga yang bersatu?
Setiap orang yang sudah percaya
dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat menjadi anak-anak Allah yang juga disebut
sebagai anggota keluarga Allah (bnd. Ef. 2: 19). Gereja adalah keluarga Allah yang rohani.
Allah sendiri yang menjadi kepala atau pemimpin yang mengarahkan “keluargaNya”
untuk hidup sesuai dengan rencana dan tujuanNya. Dengan demikian setiap anggota
tidak berjalan masing-masing sesuai kemauan sendiri, akan tetapi berjalan
sesuai dengan “aturan/perintah” Allah. Allah sendirilah yang bernisiatif untuk
mendirikan gerejanya di muka bumi untuk aktif menjalankan misi Allah. Ada ungkapan penting berbunyi “Gereja ada
karena misi, Gereja ada untuk misi”. Gereja yang missioner diartikan gereja yang melayani dan memberitakan
Injil serta ikut peka dalam permasalahan sosial umat atau bangsa menciptakan suasana damai, rukun, sejahtera. Gereja yang missioner adalah
aktif dalam menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, senantiasa aktif
meningkatkan kemitraan dengan gereja-gereja atau lembaga-lembaga misi lainnya.
Jadi sebagaimana Gereja yang bersifat misioner, demikian juga keluarga Kristen
juga bersifat misioner. Tanpa rasa panggilan yang kuat terhadap pekerjaan
misionernya, Gereja tidak dapat menganggap dirinya bersifat am dan bersifat
rasuli. Gereja/keluarga yang misioner adalah gereja/keluarga yang memahami dan
menjalankan panggilannya, baik amanat budaya maupun amanat agung, yakni
membagikan Injil sampai ke ujung bumi
dan sampai ke akhir zaman.
Gereja yang bertumbuh bukan
karena dipenuhi oleh banyak orang, tetapi gereja yang setiap anggotanya berperan
aktif dalam persekutuan, pelayanan dan misi. Peran aktif itu dimulai dari
keluarga, sebagai lembaga terkecil dalam Gereja. Di dalam Alkitab terdapat satu
contoh, yaitu keluarga Akwila dan Priskila. Dari teladan mereka, kita mendapati
beberapa ciri keluarga yang misioner.
1.
KELUARGA
YANG MISIONER ADALAH KELUARGA YANG SUDAH DIPERBAHARUI
Akwila dan Priskila adalah orang
yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, sebelum mereka bertemu dengan Rasul
Paulus di Korintus. Mereka berada di
Korintus oleh karena perintah Kaisar Klaudius, supaya semua orang Yahudi keluar
dari Roma (ay. 1-2). Kemungkinan besar mereka berada di Yerusalem pada hari
Pentakosta dan mengalami pertobatan dan pembaruan saat itu (bnd. Kis.2: 38). Akan
tetapi juga mereka banyak mendapat pengajaran Firman selama bersama-sama dengan
Paulus di rumah mereka di Korintus, yang pasti Firman Tuhan semakin meneguhkan
iman dan membarui hati mereka. Pertobatan (Metanoia)
merubah orientasi hidup yang bersifat antroposentris
(berpusat pada manusia) menjadi Teosentris
(berpusat atau tunduk kepada Allah).
2.
KELUARGA
YANG MISIONER ADALAH KELUARGA YANG SIAP MELAYANI
a. Melayani
bersama-sama. Jika kita memperhatikan Alkitab, setiap kali kita membaca
tentang Akwila dan Priskila, mereka selalu disebutkan bersama-sama (Kis. 18: 2,
18, 19, 26, Rom.16: 3, 1 Kor. 16: 19, 2 Tim.4 : 19). Ini menunjukkan bahwa
keduanya adalah satu tim yang kompak, sehati dan setujuan. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa suami istri dapat menjadi satu tim (satu kekuatan) dalam
melayani Tuhan. Salah satu ukuran
keberhasilan sebuah keluarga Kristen terletak pada kebersamaan dalam melayani
Tuhan.
b. Melayani
dengan apa yang ada pada mereka. Profesi atau keahlian mereka
adalah tukang kemah atau pembuat tenda (ay.3), mereka menekuni profesi itu.
Namun demikian, mereka tahu bahwa profesi atau keahlian yang ada harus dipakai
untuk melaksanakan misi Tuhan, yakni memenangkan jiwa. Selain itu, rumah
mereka juga terbuka bagi Paulus (Hamba Tuhan), tetapi juga bagi jemaat. Dalam
1 Korintus 16: 19 dan Roma 16: 5, kita dapat mengetahui bahwa baik di Korintus
maupun di Roma, setiap Minggu orang-orang percaya selalu berkumpul dan
beribadah di rumah mereka.
c. Melayani
di tempat di manapun mereka berada. Pada waktu Akwila dan Priskila
membentuk rumah tangga di Roma, mungkin mereka ingin menetap di sana seumur
hidup. Namun mereka harus berpindah dari Roma ke Korintus (Kis. 18: 2), kemudian harus
berpindah lagi ke Efesus dan mungkin ke tempat lainnya. Akan tetapi di manapun
mereka berada, mereka tetap setia melayani Tuhan.
3.
KELUARGA
YANG MISIONER ADALAH KELUARGA YANG BERMITRA DENGAN ORANG LAIN
Dalam Roma 16: 3, Paulus
menyebutkan Akwila dan Priskila sebagai teman sekerjanya. Mereka setia dalam
memikul beban pelayanan Paulus, bahkan dalam Roma 16: 4, Akwila dan Priskila
bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk mendukung pelayanan Paulus. Mereka juga
menolong seorang Hamba Tuhan yang masih memiliki kekurangan pemahaman Teologis
yaitu Apolos (Kis. 18: 24-26). Setelah itu Apolos dapat melayani dan menjadi
berkat besar bagi orang-orang di Akhaya (Kis. 18: 27-28). Keluarga Akwila dan
Priskila adalah keluarga yang membangun kemitraan dengan orang lain, baik Hamba
Tuhan maupun jemaat Tuhan.
APLIKASI
1. Keluarga
Kristen haruslah menjadi keluarga yang misioner, berfokus kepada misi Tuhan. Ingatlah
bahwa kita adalah utusan Tuhan. Keterlibatan dalam misi, harus terlebih dahulu
memiliki kepastian pertobatan dan pembaruan rohani. Mengapa? Karena misi kita
adalah misi yang bersifat rohani.
2. Anggota
keluarga, suami dan istri serta anak-anak harus menjadi satu tim pelayanan yang
kompak, saling mendukung. Menghambat pasangan atau anak dalam pelayanan adalah
dosa. Untuk melayani, jangan menunggu pensiun, atau menunggu sampai kaya raya.
Tetapi mulailah sekarang dan dengan apa yang ada padamu.
3. Melayani
memiliki dimensi yang luas; pelayanan di gereja, di tempat bekerja, di rumah
tempat tinggal. Seperti Akwila dan Priskila; mereka mendedikasikan jiwa, raga
dan harta mereka bagi pekerjaan Tuhan. Mendukung Hamba Tuhan, membuka rumahnya untuk berkumpul memuji Tuhan
dan semuanya pasti mendatangkan berkat Tuhan.
4. Keluarga
yang misioner selalu mengingat perannya, di manapun berada dan apapun yang
dilakukan semuanya untuk misi atau ujung-ujungnya misi, memenangkan jiwa
(orang) agar percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan sasaran
utamanya agar Tuhan dimuliakan.
Jadilah keluarga yang misioner! Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar