Kamis, 10 Februari 2011

KESABARAN ADALAH KARAKTER HIDUP DI DALAM KERAJAAN ALLAH

(Gal.5: 22-23)

Pendahuluan
Dalam Konteks pasal 5 ini Rasul Paulus sedang berbicara tentang Kemerdekaan Kristen dan bagaimana penggunaan kemerdekaan itu. Sebagai orang yang sudah merdeka, maka tidak lagi terikat dalam hukum Taurat apalagi dosa. Orang yang sudah merdeka dalam Kristus, tidak lagi hidup menuruti keinginan daging tetapi menuruti keinginan Roh. Orang percaya tidak lagi hidup dalam perbuatan daging (dosa) seperti terdapat di ayat 19-21, melainkan hidup di dalam buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran … (22-23). Dalam perikop ini dijelaskan tentang adanya pertentangan antara keinginan Roh dan keinginan daging. Perbuatan daging atau dosa mengganggu bahkan memisahkan hubungan dengan Tuhan dan juga merusak hubungan dengan sesama manusia. Menarik sekali untuk diperhatikan, bahwa bertalian dengan daging, Paulus berbicara tentang perbuatan-perbuatan (ay.19), tapi bertalian dengan Roh, ia berkata; buah. Artinya Buah itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dengan sendirinya.
Seorang theolog Reformed terkemuka abad 20 ini, Rev. Dr. John R. W. Stott membagikan buah Roh (Galatia 5:22-23a) ke dalam tiga rasa (hubungan) :
1. Hubungan dengan Allah : a) Kasih, b) Sukacita, c) Damai sejahtera
2. Hubungan dengan sesama : a) Kesabaran, b) Kemurahan, c) Kebaikan
3. Hubungan dengan diri sendiri : a) Kesetiaan, b) Kelemahlembutan, c) Penguasaan diri. Namun demikian beliau tidak bermaksud menyatakan ada 9 buah-buah Roh, tapi satu buah Roh dengan 9 rasa.
Hari ini kita membahas khusus tentang poin kesabaran. Kesabaran salah satu dari buah Roh atau sikap yang dihasilkan oleh Roh Kudus di dalam diri orang yang hidup di dalam Roh Kudus. Paulus meminta jemaat di Galatia agar hidup di dalam kesabaran.

Apa kesabaran itu?

Dalam bahasa Yunani, kata “kesabaran” diterjemahkan dari 2 kata: 1). Makrothumia. 2). Hupomone. Dalam Gal.5: 22 kata yang dipakai adalah Makrothumia, yang terdiri dari dua kata, makro = lama; thumia = kemarahan atau amarah. Makrothumia secara literal berarti lama/lambat untuk marah, atau singkatnya tahan menderita. Itu adalah kemampuan untuk menangani orang-orang yang sulit untuk waktu yang lama sebelum menjadi marah, bertekun dengan sabar dan berani; sabar dalam menanggung perlawanan dan luka dari orang lain; lembut dan lambat dalam membalas, lambat untuk menghukum. Tahan menderita adalah kualitas pengendalian diri terhadap provokasi yang tidak membalas dengan tergesa-gesa atau menghukum dengan segera. Inilah yang seharusnya dilakukan orang Kristen di dalam keadaan yang sulit terhadap orang-orang daripada segera menjadi marah.
Kebalikan dari tahan menderita, “kesabaran” (dalam Yunani, hupomone), yang tidak disinggung dalam daftar buah roh, adalah bersabar terhadap hal-hal, bukan orang. Kesabaran adalah kualitas yang tidak menyerah kepada keadaan atau tunduk di bawah penderitaan, dan itu berkaitan dengan pengharapan bahwa keadaan akan menjadi lebih baik (1 Tes. 1:3). Peneliti bahasa Yunani dan pakar tata bahasa Richard Trench menulis: “Sekarang kita dapat membedakan makrothumia [tahan menderita] dan hupomone [kesabaran]… Makrothumia menunjuk kepada kesabaran dengan hormat kepada orang lain, hupomone kesabaran dengan hormat kepada keadaan. Seseorang makrothumia jika dia harus berhubungan dengan orang yang melukai dan tidak membiarkan dirinya sendiri terprovokasi oleh mereka atau meledak dalam amarah (2 Tim. 4:2). Seseorang hupomone jika dia dikepung oleh penderitaan yang luar biasa dan dia bertahan serta tidak kehilangan hatinya yang berani.” “Tahan menderita” mungkin tidak banyak dipakai hari ini, tetapi itu adalah kata yang sangat indah dan deskriptif.
Menarik sekali, makrothumia (tahan menderita terhadap orang-orang) dipakai dalam Alkitab, sementara hupomone (sabar terhadap keadaan). Seperti halnya kita, Tuhan harus menanggung dengan sabar terhadap orang-orang, yang memiliki kehendak-bebas, jadi Dia harus tahan menderita. Akan tetapi, Tuhan tidak pernah sabar terhadap keadaan, yang dapat segera diubah-Nya, dan Dia tidak pernah sabar terhadap penderitaan dari keadaan dan kehidupan yang dilakukan orang-orang. Tahan menderita (makrothumia) dan kesabaran (hupomone) muncul bersama-sama dalam Kolose 1:11; 2 Korintus 6:4-6; 2 Timotius 3:10; dan Yakobus 5:10 dan 11.
Di Perjanjian Baru, Rasul Paulus bukan saja meminta jemaat Galatia untuk hidup dalam kesabaran tapi juga mengimbau jemaat di Efesus untuk "hidup berpadanan dengan panggilannya, dengan segala kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran, menunjukkan kasih dalam hal saling membantu dan berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Ef. 4:1-3). Dalam konteks yang hampir sama, Rasul Paulus mengajar jemaat di Kolose untuk "mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" (Kol. 3:12). Lagi-lagi Paulus menggambarkan pentingnya kesabaran dalam sebuah konflik di antara komunitas Kristen. Menurut Paulus, jika satu orang Kristen tidak sepaham dengan yang lainnya, ia harus bersabar, bersedia rugi daripada merusak reputasi gereja. Kepada jemaat di Tesalonika, instruksi Paulus sangat jelas: "Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain." (1 Tes. 5:13). Untuk dapat mencapai kedamaian itu, Paulus menganjurkan mereka untuk "bersabar terhadap semua orang" (1 Tes. 5:14). Hal itu bukanlah perkara yang gampang untuk dilakoni. Yang paling penting, kesabaran harus ada dalam diri pemimpin Kristen. Kepada Timotius, anak didik rohaninya, Paulus menulis dan memberikan teladan: "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran" (2 Tim. 2:24-25).

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAK SABARAN

Kristus memanggil kita untuk menjadi umat yang sabar. Dalam kenyataan kita masih melihat banyak yang belum menjadi contoh/teladan sebagai orang yang sabar. Mengapa demikian ?
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pengukur/pertanda bahwa kita belum memiliki kesabaran,
yakni:
a. Belum Dewasa (Ibrani 5:14).
b. Masih mementingkan diri sendiri dan menuntut. Tidak mampu menerima/melihat kesalahan dan ketidaksempurnaan orang lain (I Tesalonika 5:4-5). Illustrasi : 2 kantong
c. Mudah marah/jengkel/ tersinggung/Irihati.
e. Tidak peka terhadap pembentukan Tuhan dalam hidup (Yakobus 1:2-4).
Ketidaksabaran adalah dosa yang serius di hadapan Tuhan. Sebab itu ketidaksabaran harus diatasi dengan serius pula. Bagaimana caranya?
a. Berdoa minta kesabaran. Bila selesai doa yang datang bukan kesabaran tapi masalah, ingat itu adalah jawaban doa dari Tuhan untuk memberikan kesabaran kepada kita.
b. Memiliki persekutuan/saat teduh yang rutin (Baca Firman Allah, doa dan melaku kan Firman Allah).
c. Makin berserah kepada Tuhan setiap hari (II Timotius 1:7; Galatia 2:20).
d. Minta kepenuhan Roh Kudus.

PENTINGNYA KESABARAN

Kesabaran (Panjang Sabar) adalah Karakter Allah. Salah satu karakter Tuhan yang luar biasa adalah kesabaranNya (Nahum 1:7, Mzm. 145:8).
Kesabaran adalah kunci kemenangan dan keberhasilan. Margareth Thatcher pernah katakan, "Saya sangat sabar, asalkan pada akhirnya saya mendapatkan apa yang saya inginkan." Dalam masyarakat yang serba cepat dan budaya yang egois ini, kesabaran menghilang dengan cepatnya, bahkan dalam komunitas Kristen.
Karakter Kesabaran terbentuk melalui ujian iman. Kesabaran selalu berhubungan dengan keadaan sulit [penderitaan] bahkan kesabaran merupakan senjata untuk mengatasi kesulitan. Sebab itu dengan mudah kita mendeteksi seseorang untuk dilihat sabar atau tidak, yaitu dari daya tahannya terhadap masa sulit atau fitnahan. Kesabaran tidak muncul secara otomatis dalam diri seseorang. Kesabaran bukanlah bawaan sejak lahir. Orang tua yang sabar tidak otomatis anaknya pasti sabar. Masa sulit diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita dengan maksud-maksud khusus, yaitu membantu menumbuhkan kesabaran dalam diri kita. Contoh Alkitab yang nyata dari hal ini adalah kisah tentang Ayub
Kesabaran mendatangkan berkat, ketidak sabaran sama dengan kerugian.

BERKAT BAGI ORANG SABAR

Kesabaran merupakan salah satu ajaran dan anjuran yang paling sulit dalam kekristenan. Seseorang malah pernah mengatakan, “Barangkali hanya ada satu kesalahan utama manusia, yakni: ketidaksabaran.” Kesabaran semakin sulit ketika kita melupakan bahwa hidup kita hari ini adalah karena ‘kesabaran’ Tuhan. Sekiranya Tuhan tidak sabar, barangkali kita sudah tidak di sini hari ini. Allah sudah menujukkan kesabaran-Nya dari waktu ke waktu. Dalam Kisah Para Rasul 13:18 dikatakan bahwa empat puluh tahun lamanya Allah sabar terhadap tingkah laku orang-orang Israel di padang gurun. Mungkin kita belum 40 tahun, atau mungkin saja lebih 40 tahun mengalami kesabaran Tuhan.Kesabaran kita pada kedaulatan Allah akan secara serta merta membuahkan kesabaran terhadap diri kita sendiri, kesabaran terhadap orang lain dan kesabaran dalam perubahan sosial. Ada sebuah doa indah yang hendaknya menjadi doa dan sikap hidup kita juga setiap hari:
Ya Tuhan berilah aku kekuatan untuk mengubah apa yang dapat kuubah,
Keberanian dan kesabaran untuk menerima apa yang tidak dapat kuubah
Dan berikanlah kepadaku hikmat untuk membedakan keduanya. Amin.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...