Jumat, 27 April 2018

Perjalanan Orang Percaya


EFESUS 5 : 1-18

Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, dengan siapa kita berjalan dan bagaimana kita berjalan? Bersama-sama dengan rasul Paulus kita akan pergi jalan-jalan.

1. Berjalan dalam Kasih.
Untuk memberi penjelasan tentang berjalan dalam kasih, Paulus membawa kita ke Bait Allah (1-7) dan mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus bagi kita. Yesus menyerahkan diriNya sebagai korban yang harum bagi Allah menggenapi tuntutan hukum Taurat. Semua dilakukan karena kasih dan kasih adalah penggenapan Taurat. Jika kita berjalan dalam kasih, kehidupan kita akan meneladani Krisus menjadi persembahan yang hidup (Rom.12: 1-2, Filipi 2: 17); menjadi keharuman bagi Tuhan, seperti Maria yang mengurapi YESUS dengan narwastu, menimbulkan keharuman bagi seisi rumah (Yoh.12: 1-8). Orang yang hidup dalam kasih, hendaklah menjauhkan diri dari dosa. Dosa itu jelek dan berbau busuk bagi Tuhan (Yes.3: 24). Seperti percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, yang kosong dan sembrono dapat menyesatkan dan mendatangkan murka Allah. Maka “stop”, jangan coba-coba melakukannya. Berjalan dalam kasih berarti mengasihi  bukan hanya dengan perkataan tetapi juga perbuatan (1 Yoh.3: 18). Seperti apa kasih? Bisa lihat di 1 Kor.13 lebih lengkap.

2. Berjalan dalam terang.
Hidup dalam terang akan menghasilkan buah rohani (Gal. 5: 22-23).  Untuk itu, Paulus membawa kita jalan-jalan ke ladang (8-14).   Dalam ayat 9, Paulus memakai kata “buah”.  Di ladang kita dapat melihat dan menemukan buah berbagai pohon atau tanaman. Buah apa yang dapat dihasilkan dalam terang? Kebaikan, keadilan dan kebenaran.  Jika kita berjalan dalam terang, kita tidak dapat bersekutu dengan kegelapan (2 Kor.6 : 14-18). Artinya kita terpisah atau sudah dipisahkan dari kegelapan. Ada kontras atau perbedaan antara anak-anak terang dan anak kegelapan. Kontras berarti berbeda, tidak mirip, tidak abu-abu. Lain dulu, lain sekarang.  Ingat bahwa kegelapan itu sendiri tidak akan menghasilkan buah apa-apa.




3. Berjalan dalam hikmat.
Selanjutnya Paulus membawa kita jalan-jalan ke pasar (15-17) dan menasihati kita untuk menjadi seperti pedagang yang baik, yang tahu memanfaatkan kesempatan. Pergunakan waktu yang ada, artinya tebuslah waktumu (redeem your time).  Konsep penebusan (lutroo), membawa kita kepada pasar budak jaman dahulu. Para pedagang harus hati-hati dalam jual beli, jika kita bisa merugi, bukan untung tapi buntung. Jadi harus putar otak, pakai akal budi. Jika kita hidup dalam hikmat, kita menggunakan kesempatan dengan bijaksana. Kita berhati-hati dalam perjalanan, tidak sembarang jalan atau asal jalan. Perjalanan kita haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan sesuai dengan kehendakku.

4. Berjalan dalam pimpinan Roh Kudus.
Lalu, kita mengikutinya ke aula perjamuan (18-21) dan belajar hidup dalam Roh. Paulus menyebut hendaklah kamu penuh dengan Roh artinya dikendalikan oleh Roh Kudus bukan oleh hawa nafsu seperti alkohol. Orang mabuk kehilangan pengendalian diri, sebaliknya Roh Kudus memberi kita pengendalian diri. Orang mabuk mengalami kebahagiaan buatan yang bersifat sementara, sedangkan orang percaya mengalamai sukacita sejati dari Tuhan. Orang mabuk melakukan hal-hal bodoh yang melukai orang lain dan mempermalukan diri, tetapi orang percaya menolong orang lain dan hidup memuliakan Tuhan dengan Mazmur, puji-pujian dan nyayian rohani. Orang mabuk tidak tahu mengucap syukur, tetapi orang yang dipenuhi Roh Kudus senantiasa bersyukur dan hidup dalam kerendahan hati.

Kiranya Tuhan menolong kita untuk terus berjalan di jalan Tuhan yakni  dalam kasih, dalam terang, dalam hikmat dan dalam pimpinan Roh Kudus sehingga benar kita menjadi penurut-penurut Allah yang berkenan kepada Allah. Dengan iman kita menolak jalan lain, yang bukan dari Tuhan.
Amin

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...