Selasa, 16 Mei 2017

Saling Membangun dalam Kebenaran



1 TESALONIKA 5 : 14-15

Persekutuan atau komunitas orang percaya adalah komunitas yang bersifat mutualis. Mutualis artinya saling menguntungkan, saling membangun, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling memperhatikan, dan saling menghormati satu dengan yang lain. Tema kita Minggu ini : “Saling Membangun dalam Kebenaran” merupakan tiang bangunan dari sebuah persekutuan yang sejati. Mari kita mendalami tema ini dengan memperhatikan hal-hal berikut:

I. LATAR BELAKANG: MENGAPA HARUS SALING MEMBANGUN?

Orang percaya (gereja) hidup pada zaman atau masa eskatologis (penantian kedatangan Kristus kembali). Dalam 1 Tesalonika 5: 1-4, di jelaskan bahwa ...hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam hari. Itu berarti bahwa kedatanganNya tidak seorangpun yang tahu, namun Ia pasti akan datang. Oleh sebab itu Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tetap  hidup sebagai anak-anak terang atau anak-anak siang, bukan orang-orang malam  atau orang-orang kegelapan. INGAT! Status kita adalah anak terang. Maka tetaplah sadar dan berjaga-jaga, jangan tertidur (ayat 4-6). Apa ada dengan “hari Tuhan”? Jika mengacu pada Zefanya 1 : 14-18, Firman Tuhan berkata:  “...Dengar, hari Tuhan pahit, pahlawanpun akan menangis. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta...” Inilah gambaran situasi kondisi diakhir zaman ini. Intinya masa penantian itu tidak mudah karena ada banyak tantangan. Dalam  situasi dan kondisi yang tidak mudah, gereja harus erat bersatu, saling menasihati  dan saling membangun satu dengan yang lain (lihat ayat 11).

II. NASIHAT-NASIHAT UNTUK SALING MEMBANGUN DALAM KEBENARAN

Di dalam bacaan kita ayat 14-15 ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menjalani hidup sebagai anak-anak terang. Sebuah pola hidup yang saling membangun satu dengan yang lain. 1). Tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib. Orang yang tidak tertib (disorderly) adalah orang yang tidak disiplin, orang yang keluar dari barisan (secara militer), orang yang malas-malasan bekerja atau orang yang hidup menurut keinginannya sendiri dan bertentangan dengan Injil. Orang yang seperti ini adalah orang yang tidak peduli dengan aturan atau kebenaran. Tegorlah mereka dengan kasih dan kebenaran. Lebih baik tegoran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi (Ams. 27: 5). Setiap kita punya hak untuk menegor, namun haruslah memperhatikan cara dan motivasi menegur seseorang.  2). Hiburlah mereka yang tawar hati. Orang yang tawar hati adalah orang yang patah semangat, tidak konfiden, tidak bergairah, lemah pikiran, kuatir dan mengalami ketakutan menjalani hidup. Hal ini bisa diakibatkan ketakutan karena intimidasi, tekanan, penganiayaan ataupun penghinaan dari orang-orang yang belum percaya. Mereka melakukan kebenaran akan tetapi selalu ada perlawanan. Akibatnya mereka tawar hati, maka hiburlah mereka, dorong mereka agar bangkit kembali dalam iman. 3). Belalah mereka yang lemah. Orang yang lemah, bisa saja berarti secara fisik, mental maupun rohani (iman). Mereka butuh pembelaan artinya mereka butuh sahabat, pembimbingan (mentoring) yang dapat menguatkan. Seperti Paulus terhadap Timotius. Roma 15: 1 berkata: Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.  4). Sabarlah terhadap semua orang.  Adanya perbedaan satu dengan yang lain menuntut kesabaran kita menghadapi semua orang. Kesabaran selalu berhubungan dengan keadaan sulit [penderitaan] bahkan kesabaran merupakan senjata untuk mengatasi kesulitan. Sebab itu dengan mudah kita mendeteksi seseorang untuk dilihat sabar atau tidak, yaitu dari daya tahannya terhadap masa sulit atau fitnahan. Kesabaran tidak muncul secara otomatis dalam diri seseorang. Sabar berarti mampu menahan diri bahkan rela menderita demi orang lain. Kita bisa melihat contoh Ayub, Paulus dll.   5). Perhatikanlah, jangan membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik. Usahakan berarti lakukanlah perkara-perkara yang baik. Bahkan ketika orang lain berbuat jahat, jangan membalas, tetapi fokus pada perbuatan baik. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan. Ibrani 10: 24 mengatakan, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam perbuatan baik”.

III. TUJUAN SALING MEMBANGUN DALAM KEBENARAN

Tujuannya jelas, agar jemaat menjadi kuat dalam iman, teguh berdiri dalam iman sehingga mereka siap menghadapi segala tantangan (bnd. 1 Tes.3: 8). Juga agar jemaat bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang (1 Tes. 3: 12). Selain itu supaya mereka hidup kudus dan berkenan kepada Allah (1 Tes.4: 1).  Dan ketika jemaat saling membangun maka di dalamnya ada sukacita bersama (1 Tes.5 : 16). Di mana ada kebenaran, di situ akan timbul damai sejahtera dan sukacita (Yes.32: 17). Selain itu, Jemaat menjadi alat kesaksian bagi lingkungan dan pastilah Tuhan dimuliakan.

KESIMPULAN

Gereja yang kuat adalah gereja yang dibangun di atas kebenaran Kristus. Gereja yang hidup dalam kebenaran haruslah saling membangun dalam kebenaran. Saling membangun agar kehidupan moral maupun rohani dapat bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan. Jemaat terus berjalan searah dengan langkah-langkah Tuhan. Hidup melakukan kehendak Tuhan. Inilah saatnya (kairos) untuk kita saling membangun, selama masih siang atau sebelum Kristus datang. Sebab jika tidak, yang tersisa hanyalah penyesalan yang tidak berbuah apa-apa.

Orang yang memberi nasihat kepada yang lain, adalah orang yang tentunya mengerti kebenaran, mengalami kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Kebenaran tentu bicara tentang Firman yang hidup. Orang yang memiliki karakter Kristus yang dapat menjadi teladan baik pikiran, perasaan, perkataan maupun perbuatan. Jikalau seseorang tidak dapat menjadi teladan, maka akan menjadi batu sandungan di tengah-tengah persekutuan. Paulus mengingatkan supaya kita tetap bersukacita, tetap berdoa, tetap mengucap syukur dalam segala hal, tetap bersemangat, tetap menghormati firman Tuhan, tetap berpegang pada yang baik dan menjauhkan diri dari segala kejahatan (ayat 16-22). Ini adalah kualitas rohani yang harus kita miliki agar tetap kuat dan dapat menguatkan orang lain. Marilah kita saling membangun dalam kebenaran. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...