1 TESALONIKA 5
: 14-15
Persekutuan atau komunitas orang percaya adalah
komunitas yang bersifat mutualis. Mutualis artinya saling menguntungkan, saling
membangun, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling memperhatikan, dan saling
menghormati satu dengan yang lain. Tema kita Minggu ini : “Saling Membangun dalam
Kebenaran” merupakan tiang bangunan dari sebuah persekutuan yang sejati. Mari
kita mendalami tema ini dengan memperhatikan hal-hal berikut:
I. LATAR
BELAKANG: MENGAPA HARUS SALING MEMBANGUN?
Orang percaya (gereja) hidup pada zaman atau masa
eskatologis (penantian kedatangan Kristus kembali). Dalam 1 Tesalonika 5: 1-4,
di jelaskan bahwa ...hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam hari.
Itu berarti bahwa kedatanganNya tidak seorangpun yang tahu, namun Ia pasti akan
datang. Oleh sebab itu Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tetap hidup sebagai anak-anak terang atau anak-anak
siang, bukan orang-orang malam atau
orang-orang kegelapan. INGAT! Status kita adalah anak terang. Maka tetaplah
sadar dan berjaga-jaga, jangan tertidur (ayat 4-6). Apa ada dengan “hari
Tuhan”? Jika mengacu pada Zefanya 1 : 14-18, Firman Tuhan berkata: “...Dengar, hari Tuhan pahit, pahlawanpun akan
menangis. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari
kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan
kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang
berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi. Aku akan menyusahkan manusia,
sehingga mereka berjalan seperti orang buta...” Inilah gambaran situasi kondisi
diakhir zaman ini. Intinya masa penantian itu tidak mudah karena ada banyak
tantangan. Dalam situasi dan kondisi
yang tidak mudah, gereja harus erat bersatu, saling menasihati dan saling membangun satu dengan yang lain (lihat
ayat 11).
II.
NASIHAT-NASIHAT UNTUK SALING MEMBANGUN DALAM KEBENARAN
Di dalam bacaan kita ayat 14-15 ada lima hal yang
harus diperhatikan dalam menjalani hidup sebagai anak-anak terang. Sebuah pola
hidup yang saling membangun satu dengan yang lain. 1). Tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib. Orang
yang tidak tertib (disorderly) adalah
orang yang tidak disiplin, orang yang keluar dari barisan (secara militer),
orang yang malas-malasan bekerja atau orang yang hidup menurut keinginannya
sendiri dan bertentangan dengan Injil. Orang yang seperti ini adalah orang yang
tidak peduli dengan aturan atau kebenaran. Tegorlah mereka dengan kasih dan
kebenaran. Lebih baik tegoran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi
(Ams. 27: 5). Setiap kita punya hak untuk menegor, namun haruslah memperhatikan
cara dan motivasi menegur seseorang. 2). Hiburlah mereka yang tawar hati.
Orang yang tawar hati adalah orang yang patah semangat, tidak konfiden, tidak
bergairah, lemah pikiran, kuatir dan mengalami ketakutan menjalani hidup. Hal
ini bisa diakibatkan ketakutan karena intimidasi, tekanan, penganiayaan ataupun
penghinaan dari orang-orang yang belum percaya. Mereka melakukan kebenaran akan
tetapi selalu ada perlawanan. Akibatnya mereka tawar hati, maka hiburlah
mereka, dorong mereka agar bangkit kembali dalam iman. 3). Belalah mereka yang lemah. Orang yang lemah, bisa saja
berarti secara fisik, mental maupun rohani (iman). Mereka butuh pembelaan
artinya mereka butuh sahabat, pembimbingan (mentoring) yang dapat menguatkan.
Seperti Paulus terhadap Timotius. Roma 15: 1 berkata: Kita yang kuat, wajib
menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita
sendiri. 4). Sabarlah terhadap semua orang. Adanya perbedaan satu dengan yang lain
menuntut kesabaran kita menghadapi semua orang. Kesabaran selalu berhubungan dengan keadaan sulit
[penderitaan] bahkan kesabaran merupakan senjata untuk mengatasi kesulitan.
Sebab itu dengan mudah kita mendeteksi seseorang untuk dilihat sabar atau
tidak, yaitu dari daya tahannya terhadap masa sulit atau fitnahan. Kesabaran
tidak muncul secara otomatis dalam diri seseorang. Sabar berarti mampu menahan
diri bahkan rela menderita demi orang lain. Kita bisa melihat contoh Ayub,
Paulus dll. 5).
Perhatikanlah, jangan membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah
senantiasa yang baik. Usahakan berarti lakukanlah
perkara-perkara yang baik. Bahkan ketika orang lain berbuat jahat, jangan
membalas, tetapi fokus pada perbuatan baik. Janganlah kamu kalah terhadap
kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan. Ibrani 10: 24 mengatakan,
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih
dan dalam perbuatan baik”.
III. TUJUAN
SALING MEMBANGUN DALAM KEBENARAN
Tujuannya jelas, agar jemaat menjadi kuat dalam
iman, teguh berdiri dalam iman sehingga mereka siap menghadapi segala tantangan
(bnd. 1 Tes.3: 8). Juga agar jemaat bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam
kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang (1 Tes. 3: 12).
Selain itu supaya mereka hidup kudus dan berkenan kepada Allah (1 Tes.4:
1). Dan ketika jemaat saling membangun
maka di dalamnya ada sukacita bersama (1 Tes.5 : 16). Di mana ada kebenaran, di
situ akan timbul damai sejahtera dan sukacita (Yes.32: 17). Selain itu, Jemaat
menjadi alat kesaksian bagi lingkungan dan pastilah Tuhan dimuliakan.
KESIMPULAN
Gereja yang kuat adalah gereja yang dibangun di atas
kebenaran Kristus. Gereja yang hidup dalam kebenaran haruslah saling membangun
dalam kebenaran. Saling membangun agar kehidupan moral maupun rohani dapat
bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan. Jemaat terus berjalan searah dengan
langkah-langkah Tuhan. Hidup melakukan kehendak Tuhan. Inilah saatnya (kairos)
untuk kita saling membangun, selama masih siang atau sebelum Kristus datang.
Sebab jika tidak, yang tersisa hanyalah penyesalan yang tidak berbuah apa-apa.
Orang yang memberi nasihat kepada yang lain,
adalah orang yang tentunya mengerti kebenaran, mengalami kebenaran dan hidup
dalam kebenaran. Kebenaran tentu bicara tentang Firman yang hidup. Orang yang memiliki
karakter Kristus yang dapat menjadi teladan baik pikiran, perasaan, perkataan
maupun perbuatan. Jikalau seseorang tidak dapat menjadi teladan, maka akan menjadi
batu sandungan di tengah-tengah persekutuan. Paulus mengingatkan supaya kita
tetap bersukacita, tetap berdoa, tetap mengucap syukur dalam segala hal, tetap
bersemangat, tetap menghormati firman Tuhan, tetap berpegang pada yang baik dan
menjauhkan diri dari segala kejahatan (ayat 16-22). Ini adalah kualitas rohani
yang harus kita miliki agar tetap kuat dan dapat menguatkan orang lain. Marilah
kita saling membangun dalam kebenaran. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar