Rabu, 12 Oktober 2011

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
NATS: KOLOSE 3: 18-21

Pendahuluan 

Tuhan mencipta manusia sebagai makhluk sosial. Juga menciptakan lembaga pernikahan atau keluarga sebagai sarana menjalankan mandat budaya, “beranak cucu dan bertambah banyak”. Sebuah keluarga, minimal terdiri dari suami dan istri, plus anak. Namun hirarkinya jelas: Tuhan sebagai kepala atas keluarga, suami sebagai kepala istri/kepala keluarga, istri sebagai penolong suami, lalu anak-anak. Sebuah keluarga Kristen yang terdiri atas pribadi-pribadi yang berbeda harus memiliki relasi atau komunikasi yang baik. Pertama; relasi vertical dengan Tuhan, kedua; relasi horizontal dengan sesama anggota keluarga. Para konselor keluarga berkata bahwa masalah utama dalam pernikahan bukanlah masalah seks, uang atau jabatan, tapi hilangnya atau lemahnya komunikasi dalam keluarga. Sekitar 70% waktu hidup kita dipakai untuk berkomunikasi. 

Apa komunikasi itu? Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk saling berhubungan dengan pihak lain; yang didalamnya seseorang mengungkapkan atau membagikan aneka gagasan, pemikiran dan ungkapan perasaan hatinya kepada orang lain. Proses komunikasi selalu melibatkan seorang ‘pengirim’ yang menyampaikan berita, gagasan dan ungkapan perasaan kepada seorang ‘penerima’. Jadi ada proses: pengirim (komunikator) – pesan (message) – penerima (komunikan) – umpan balik (feed back). Komunikasi bisa lisan, bisa tertulis, audio dan juga visual. 

Ada beberapa sikap dalam berkomunikasi yang harus kita hindari dan waspadai dalam sebuah keluarga, yaitu: 
• Kritik (criticism). Apabila salah satu pasangan atau keduanya saling mengkritik dan menjatuhkan. Ia hanya berpikir negatif tentang pasangannya. 
• Memandang rendah pasangan hidupnya (Contempt). Apabila salah satu atau keduanya memandang rendah dan tidak menghormati dan membangun rasa percaya diri pasangannya.
• Saling mempertahankan diri (Defensiveness). Apabila salah satu atau keduanya menolak untuk mendengarkan kebenaran yang diungkapkan pasangan hidupnya. 
• Diam membatu (Stonewalling). Apabila salah satu atau keduanya bungkam, tidak mau bicara apa-apa dan mulai menarik diri serta menjauhkan diri dari pasangannya. 
• Mendominasi percakapan. Seseorang dapat merintangi proses komunikasi dengan memaksakan pendapatnya sendiri. “Ada dua jenis orang yang tidak banyak bicara, yaitu mereka yang diam, dan mereka yang berbicara terlalu banyak.” 

Dalam Kolose 3: 18-21, kita menemukan pola relasi/komunikasi dalam keluarga: 

1. Istri tunduk kepada suami (18). Ketundukan dalam hal ini bukan seperti budak. Akan tetapi karena menyadari peran suami sebagai kepala keluarga. Ketundukan istri kepada suami, adalah seperti ketundukan kepada Kristus. Jadi bukan sebuah keterpaksaan atau tekanan. Dalam hal ini perlu kerendahan hati dan sikap yang percaya kepada suami. Saling percaya menghilangkan perasaan curiga satu dengan yang lain.

2. Suami mengasihi istri dan jangan kasar (19). Kepemimpinan dalam keluarga tidak boleh secara diktator, melainkan berdasarkan kasih. Kasih yang bersifat agape yakni kasih yang melayani dan berkorban. Pada umumnya setiap wanita butuh kelembutan atau sentuhan. Sentuhan fisik, psikis dan spiritual. Komunikasi tidak hanya dalam tataran fisik, jiwa, tapi juga masalah kerohanian. 

3. Anak-anak taat kepada orangtua (20). Sikap hormat dan taat kepada orangtua, sudah diperintahkan sejak Perjanjian Lama. Namun hal ini bisa, jika orangtua menjalankan perannya dengan baik. 

4. Orangtua jangan sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya (21). Orangtua bisa disebut menjadi pendeta pertama bagi anak-anaknya. Memberi keteladanan dalam segala aspek. “jangan sakiti” tidak berarti tidak boleh ditegur/dimarahi. Komunikasi yang jelas, disiplin dan mendidik harus menjadi perhatian orangtua. Prinsipnya, orangtua harus membangun hubungan yang baik dengan anak, memberi dukungan bagi pertumbuhan anak.

Konklusi 

Keluarga Kristen merupakan gambaran hubungan antara Tuhan dengan gereja-Nya. Kristus adalah mempelai pria, sebagai kepala keluarga kekal, gereja adalah mempelai wanita. Tuhan mengasihi gereja dan Tuhan menuntut agar gerejaNya taat pada perintahNya. Tuhan selalu menghibur dan menguatkan gerejaNya. 

Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...