Selasa, 26 Januari 2016

KELUARGA SEBAGAI PENATALAYAN



Kejadian 1 : 28; 2 : 15

Pada minggu-minggu sebelumnya kita sudah membahas tema-tema yang sangat penting berkaitan dengan keluarga. Bahwa keluarga adalah rancangan Allah Tritunggal, Dia merancang demikian sempurna, mempersatukan, memberkati, memberikan shalom (damai sejahtera) sehingga keluarga tetap berada dalam kebahagiaan karena pimpinan Tuhan. Akan tetapi Allah membentuk keluarga bukan hanya untuk menikmati segala berkat Tuhan, melainkan juga harus bekerja bagi Tuhan, mengikuti perintah Tuhan. Tuhan memberi mandat kepada manusia bukan hanya menguasai bumi, tetapi juga mengusahai bumi agar tetap terpelihara dengan baik. Berkaitan dengan hal ini, kita akan merenungkan Firman Tuhan di bawah tema : “Keluarga sebagai Penatalayan” dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1.       PENGERTIAN PENATALAYANAN MENURUT ALKITAB

Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Setelah segala sesuatu sudah tersedia, lalu Allah menjadikan manusia menurut gambarNya, laki-laki dan perempuan (Kej. 1: 26-27). Kemudian Allah memberkati mereka menjadi sebuah keluarga. Allah berfirman atau memberi perintah agar beranak cucu dan bertambah banyak: memenuhi bumi dan menaklukkan bumi; berkuasa atas seluruh ciptaan lain (lihat Kej. 1: 28). Tuhan Allah menempatkan manusia itu dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2: 15). Jadi Tuhan mencipta manusia dan memberi tugas kepercayaan untuk menjadi penatalayan (stewardship).

Penatalayanan (stewardship) berarti pekerjaan menata dan melayani. Kata “berkuasalah” dala Kej. 1: 28 (Ibr. Radah) berarti to rule over atau mengatur. Juga kata “mengusahakan” (Ibr. Abodah/ to dress; to serve), (KJV. to work it; to serve) dan kata “memelihara” (Ibr. Samar/ to keep; to tend) (KJV. to take care of it,  to protect; quarding). Itulah tugas penatalayan yang diperintahkan oleh Tuhan. Manusia harus bekerja bukan karena konsekuensi langsung dari dosa, tetapi sejak awal Tuhan menghendaki manusia bekerja atau melayani. Sebagai contoh lainnya di Perjanjian Lama, kita tentu mengingat Yusuf yang diberi kepercayaan sebagai pengatur segala harta milik dan urusan rumahtangga tuannya (Kej. 39: 1-6). Demikian juga  dalam Perjanjian Baru, Yesus banyak pengajaran tentang penatalayanan, seperti dalam perumpamaan talenta (Mat. 25: 12-30). Hamba diberi kepercayaan untuk menjalankan harta milik tuannya. Istilah yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah Oikonomos yang berarti penatalayan, pengurus atau pengelola rumah Allah (1 Ptr. 4: 10).

2.       PRINSIP-PRINSIP PENATALAYANAN.

Ada beberap prinsip yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan penatalayanan, yakni:
a)      Allah adalah pemilik segala sesuatu termasuk pemilik hidup kita (Everything belongs to God) (bnd. Kel. 19: 5) dan manusia hanyalah pengelola/pengatur segala sesuatu yang dipercayakan Allah. Dan selalu harus diingat bahwa Allah bukan saja pemilik melainkan pencipta segala sesuatu.
b)      Allah memberi kuasa kepada manusia, tetapi bukan sebagai raja atau bos, melainkan sebagai hamba/pekerja yang melayani. Setiap kita hanyalah penatalayan (Every Christian is a steward)  (bnd. Matius 25:14-15).
c)       Allah menempatkan manusia di bumi (Taman Eden), sebagai penghuni dan tinggal di sana. Boleh menikmati hasil yang ada, memanfaatkan tetapi bukan untuk “menghabisi” buah atau hasil taman (Every Christian must to take care of his environment)  Manusia harus memelihara “taman” itu bukan mengeksploitasi sampai rusak.


3.       SIKAP KITA SEBAGAI PENATALAYAN

Penatalayanan cakupannya luas,  mencakup seluruh bidang dalam hidup ini, mulai dari dalam diri sendiri sampai ke luar dari diri kita. Ada penatalayanan waktu, bakat, rohani, kepemimpinan, harta milik, keluarga bahkan lingkungan dan seluruh bumi ini. Penatalayanan bersifat global.  Setiap kita dituntut untuk menjadi seorang penatalayan yang baik, setia dan bertanggung jawab. Mother Theresa pernah berkata bahwa meskipun perbuatan baiknya hanya sebagian kecil bagi masyarakat India, tapi itu seperti satu tetes air yang jatuh di samudera luas yang pasti menimbulkan riak dan gelombang kecil. Demikian juga dengan perbuatan kita sebagai warga dunia dan surga pasti membawa dampak. Alkitab menegaskan bahwa orang Kristen memiliki dua kewarganegaraan. Pertama, warga negara di dunia (Rom. 13); kedua, warga negara surgawi (Fil. 3:20). Sebagai warga dunia, orang Kristen harus menjadi warga negara yang baik di mana mereka tinggal. Setiap orang Kristen memiliki tanggung jawab sebagai warga negara yang baik dalam partisipasi membangun lingkungan hidup dengan cara :
a)      Bertanggung jawab sebagai penatalayan lingkungan hidup. Tujuan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah ialah supaya menusia memerintah dan berkuasa atas alam semesta.  Ketika Dia mendelegasikan otoritas-Nya kepada manusia, Dia mau kita bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup dan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Kita tidak boleh cuek, tidak peduli dan sia-siakan perintah-Nya. Kita berusaha meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar kita, ada “rasa memiliki” sehingga kita menjaga kebersihan, keindahan, kerapian, kesejukan  lingkungan rumah, gereja, tempat kerja. Misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya, menanam kembang atau tanaman hijau (program go green), tidak merusak lingkungan, tetapi justru turut merawat supaya tetap indah dan rapi.
b)      Mendoakan lingkungan khususnya pemerintah dan kota dimana kita tinggal. Mendoakan pemerintah dan kota kita adalah salah satu peran yang harus kita lakukan untuk membangun lingkungan hidup kita. Adam dan Hawa diciptakan Tuhan dan diberi tanggung jawab memelihara lingkungan hidup. Tetapi tatkala mereka lengah dan tidak berjaga-jaga, datanglah si iblis menggoda dan menjatuhkan mereka dalam dosa. Itu sebabnya kita harus mendoakan para pemimpin bangsa kita karena itu perintah Tuhan (Yer. 29:7; 1 Tim.2:1-2).
c)       Peka dan berjaga-jaga di lingkungan di manapun kita berada. Dunia di mana kita tinggal sudah tercemar oleh dosa. Maraknya isu dan aksi yang meresahkan dan merusak ketentraman lingkungan patut kita waspadai. Ada ancaman teror secara membabi buta, ada gerakan seperti Gafatar dan yang lainnya yang merusak ideologi bahkan ada aksi dunia nyata maupun dunia maya yang merusak moral generasi muda seperti LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender) yang lagi marak di twitter dan Face Book dan lain-lainnya. Tuhan tidak hanya memerintahkan manusia beranak cucu dan memenuhi bumi, tetapi juga menatalayan atau memelihara lingkungan keluarga agar tetap takut akan Tuhan dan memuliakan Tuhan. 

Sasaran amanat Allah yang besar ini adalah seluruh umat ma­nusia dan dunia. Yesus adalah teladan orang Kristen dalam menatalayani sebab la datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mark. 10: 45). Melayani manusia agar kembali kepada Tuhan. Kelak Tuhan meminta setiap orang Kristen mempertanggungjawabkan seluruh penatalayanannya berkaitan dengan waktunya, hartanya, kemampuannya, kerohaniannya, lingkungannya dan lainnya. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggunganjawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Rom. 14:12). Oleh sebab itu, mari kita melakukan tugas kita dengan rasa syukur dan motivasi kasih agar Tuhan dimuliakan dan kehadiran kita menjadi berkat di manapun kita berada.

Soli Deo Gloria!

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...