Kamis, 09 Januari 2014

Aku berkeluarga untuk Tuhan



AKU BERKELUARGA UNTUK TUHAN  (YOSUA 24: 14-15)

Yosua 24: 14-15 merupakan bagian dari khotbah Yosua yang terakhir pada masa tuanya. Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel berkumpul di Sikhem. Dia menyampaikan dorongan sekaligus tantangan bagi semua umat Tuhan untuk tetap setia dan beribadah kepada Tuhan. Bagian ini penting, sebab Tuhan menghendaki supaya umatNya hidup bagi Tuhan.

1.  Berkeluarga merupakan penetapan Tuhan.
Setelah Tuhan menciptakan Adam, lalu Tuhan memberikan Hawa sebagai pasangan hidupnya (bnd. Kej.2:18, 21-24). Pasangan suami istri tersebut adalah laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa. Mereka merupakan pasangan yang sepadan dan saling menolong. Aturan selanjutnya bahwa keluarga itu harus menjadi keluarga yang mandiri, yang tidak bergantung pada orangtua (khususnya secara lembaga), dan mereka menjadi satu ikatan yang tidak terpisahkan sampai pada kematian. Mereka menjadi satu keluarga yang diberkati Tuhan. Keluarga merupakan lembaga pertama yang Tuhan hadirkan. Jadi berkeluarga merupakan kehendak Tuhan, asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan.

2. Tujuan berkeluarga di dalam Tuhan
Sejak awal penciptaan, Tuhan sudah memberi mandat kepada manusia, baik mandat budaya maupun mandat ilahi, yakni supaya manusia beranak cucu memenuhi bumi dan sekaligus menjadi berkat bagi seisi dunia (bdk. Kej.1:28, Kej.12:3, Mat. 28:19-20). Sekalipun manusia jatuh ke dalam dosa, tujuan itu tidak pernah di ubah. Allah memilih Abraham untuk menjadi alat misi Tuhan dalam penggenapan tujuan Tuhan, terus berlanjut hingga Israel menjadi satu bangsa di bawah kepemimpinan Musa dan dilanjutkan oleh Yosua. Dalam Kitab Ulangan 6: 4-9, ada perintah yang harus diteruskan kepada setiap generasi untuk mengajar tentang Tuhan yang Esa yang sudah mengasihi umat-Nya dan karena itu umatNya juga harus mengasihi Tuhan. Yosua memberi penegasan ulang dalam khotbahnya kepada umat Israel, supaya mereka tidak melupakan Tuhan, melainkan mau hidup untuk Tuhan, mau beribadah serta melayani Tuhan.

Ada beberapa prinsip penting, supaya setiap keluarga  benar-benar hidup bagi Tuhan:
a. Takut akan Tuhan dan beribadah kepada Tuhan (14). Takut akan Tuhan berarti menaruh hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya hanya kepada Tuhan. Takut akan Tuhan, hendaklah diikuti dengan ibadah atau pelayanan kepada Tuhan. Dalam menjalankan pelayanan haruslah tetap mengingat bahwa kita adalah hamba. Jadi suka atau tidak suka, sebenarnya tuntutan menjadi hamba, haruslah melayani dengan tulus ikhlas (hati yang sungguh-sungguh) dan setia (secara terus menerus). Orang yang takut akan Tuhan, akan menyingkirkan semua bentuk berhala yang lain, tidak berani menduakan Tuhan.
b. Tetapkan pilihan untuk hidup bagi Tuhan (15a). Umat Israel sering jatuh kepada penyembahan berhala, misalnya dengan beribadah di seberang sungai Efrat atau kepada allah orang Amori. Tindakan mereka mendukakan Tuhan. Keluaran 20:3 sudah menyatakan supaya mereka jangan beribadah kepada allah lain. Oleh sebab itu, Yosua menantang setiap keluarga, dalam ayat 15, supaya mereka menetapkan sebuah pilihan. Beribadah kepada TUHAN atau kepada allah lain. Pilihan itu bersifat normatif dan present continuous (sekarang). Yosua sendiri sudah memberikan teladan, sebagai kepala keluarga ia bertindak untuk memimpin keluarganya untuk hidup bagi Tuhan. Yosua tidak ragu akan pilihan itu, oleh karena dia sudah mengenal dan mengalami Tuhan secara pribadi.
c. Terus berkomitmen untuk hidup bagi Tuhan (15b). Yosua dan keluarganya hidup bagi Tuhan, sampai masa tua atau seumur hidupnya. Dalam bagian selanjutnya ayat 17 dan 25, bangsa Israel mengambil komitmen untuk beribadah kepada Tuhan dan hal itu diikat dengan sebuah perjanjian di hadapan Tuhan. Komitmen untuk beribadah kepada Tuhan seumur hidup mendatangkan berkat penyertaan dan pemeliharaan Tuhan bagi kehidupan Yosua maupun bangsa Israel. Kiranya Tuhan menolong kita, supaya keluarga kita benar-benar hidup untuk Tuhan, beribadah/melayani Tuhan seumur hidup. Amin.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...