NOVEMBER YANG MENEGANGKAN,
NOVEMBER YANG MENYENANGKAN
Hari
ini Jumat, 23 November 2012, lahirlah Juan Christian Silalahi. Sebuah nama yang
sudah disepakati sejak tahun 2008. Dia lahir di RS Meilia Cibubur, di bawah
penanganan dr. Chandra. Operasi cesar berlangsung dengan lancar, mulai pukul
15.05 – 15.35, semula direncanakan mulai pukul 13.30 Wib. Juan (laki-laki)
lahir dengan berat 3,4 kg dan panjang 49 cm.
Kehadiran
Juan Christian Silalahi sudah lama dinantikan. Kami menikah 20 Oktober 2007,
diusia saya yang ke-35, dan istri saya, Juliana Gultom diusia 25 tahun. Sejak
pernikahan, kami berharap agar Tuhan segera memberi momongan. Namun kehendak
manusia bukanlah kehendak Tuhan. Orangtua juga sangat berharap akan kehadiran
cucunya, mengingat saya adalah anak bungsu laki-laki dalam keluarga, ditambah
lagi istri saya adalah anak tunggal di keluarganya. Kondisi demikian tentulah
mengharapkan adanya cucu “segera”, dan ini manusiawi.
Sejak
2007, berbagai upaya selain doa, kami sudah kami lakukan. Kami sudah periksakan
diri kepada beberapa dokter ahli kandungan. Hasil pemeriksaan sebenarnya
tidaklah terlalu buruk, hanya perlu penambahan nutrisi atau vitamin untuk
kesuburan kandungan. Pernah terpikir untuk program inseminasi, namun hati tidak
sejahtera. Dengan berbagai alasan, saya “berhasil” menggagalkan rencana
inseminasi buatan.
Seiring
berjalannya waktu, kami pun tetap optimis akan pertolongan Tuhan. Bahasa “iman”
saya menyatakan, Tuhan pasti akan memberikan keturunan sesuai dengan waktu
Tuhan. Hanya butuh kesabaran saja di antara kami. Bagi kami, belum adanya anak,
tidaklah menjadi persoalan besar. Sebagai hamba Tuhan, tentunya kami sudah
memahami konsep keluarga Kristen, bahwa tanpa anakpun keluarga tetap sempurna.
Akan tetapi belum adanya anak di tengah keluarga kami, menjadi kegundahan bagi
orangtua. Maklumlah, anak semata wayang.
Dalam
diskusi kami, saya selalu berkata, sabarlah, segala sesuatu ada waktunya. Tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan. Tugas melayani tetap harus dijalankan dengan
setia, dahulukan kerajaan Allah, yang lain pasti ditambahkan. Begitulah iman
saya. Ketika bulan Maret 2012, istri saya berkata, saya “telat”, saya
menanggapinya tanpa ekspresi yang kaget. Sebab sudah beberapa kali demikian,
namun berujung pada sedikit “kekecewaan”. Lalu menghibur diri, belum waktunya.
Bahkan sudah pernah keguguran diusia kandungan 10 minggu, pada tahun 2009. Tapi
kemudian ekspresi kami berubah biasa-biasa menjadi wajah yang penuh harap, karena
“telat”nya bersambung sampai ke bulan berikutnya. Wah..luar biasa senangnya,
karena melalui test kehamilan, jelas hasilnya positif. Berulang-ulang test
dilakukan dan tetap positif. Kemudian dilanjutkan dengan usg, ternyata benar
positif hamil. How great Thou art. Itulah ungkapan kami.
Bulan-bulan
penantian kami jalani dengan sukacita. Istripun tetap bekerja sebagai guru di
CIS (Christian International School). Dia merasa enjoy di sana. Namun kami
sempat kaget dan sedikit panik, karena di tengah-tengah keyakinan semua baik,
tiba-tiba ada plek darah keluar dari rahim istri saya. Sebuah tanda tanya, apa
yang akan terjadi? Segera kami bawa ke klinik terdekat untuk pemeriksaan. Bidan
yang menangani segera menganjurkan bed rest (cuti) minimal seminggu. Kemudian
berdasarkan pertimbangan keamanan janin, dan kenyamanan kami, akhirnya dengan
berat hati, istripun resign dari CIS.
Tidak masalah, demikian komentar saya. Tuhan sanggup untuk mencukupkan segala
keperluan kita, tapi sebaliknya kita adalah orangtua yang tidak bertanggung
jawab jika kita hanya berpikir egois. Keputusan resign kami sepakati dengan
keterbukaan. Saya beriman saja kepada
Tuhan, sebenarnya jika melihat kondisi keuangan saya pada saat itu yang tidak
stabil, keputusan keluar dari CIS bukanlah hal yang mudah. Pikiran saya simpel
saja, dari dulu Tuhan tolong saya, pasti demikian seterusnya. Bulan demi bulan
kami jalani, ternyata kami tidak pernah kekurangan. Tuhan punya banyak cara
untuk menolong kami. Termasuk untuk periksa kehamilan rutin, Tuhan sediakan.
Saya bekerja di STT Arrabona, namun sebagai sekolah yang baru, dana
kesejahtraan belum memadai.
Satu
hal yang sangat luar biasa, bahwa dalam kondisi keuangan yang tidak stabil,
saya harus melanjutkan kuliah program S.3 yang membutuhkan dana besar.
Bagaimana ini? Belum lagi persalinan sudah diambang pintu, sudah dekat. Setiap
hari kami berdoa, memuji Tuhan dan merenungkan firman-Nya. Kami meyakini, Tuhan
buka jalan. Kami kadang menyanyikan pujian, ku tahu Tuhan pasti buka jalan
sambil mencucurkan air mata. Kadang-kadang istri saya puasa, meskipun sedang
hamil. Saya terharu untuk hal itu. Dia sangat tekun berdoa dan membaca firman.
Saya tetap mengajar di STT Arrabona dan STT Iksm. Beberapa kali dapat undangan
khotbah di gereja. Tuhan memberi berkat lewat pelayanan itu. Tuhan juga memakai
orang tertentu untuk menopang kami, tanpa pernah kami “curhat” kepada orang
tersebut. Satu hal yang di luar dugaan, pemerintah mendukung saya melalui
program penelitian dosen. Pemerintah memberikan dukungan dana penelitian. Untuk
kesekian kalinya kami bersyukur kepada Tuhan. Tuhan itu luar biasa. Saya
berprinsip bahwa kami tidak akan meminta-minta kepada orang lain, termasuk
kepada orangtua, kecuali kami hanya meminta kepada Tuhan. Tuhanlah yang
menggerakkan orang-orang untuk menolong kami hingga saat ini.
Bulan
Agustus sampai Oktober adalah bulan yang penuh perjuangan bagi saya, untuk
menyelesaikan disertasi saya. Beruntung, istri mendukung dan membantu mencari
sumber-sumber buku untuk penulisan. Tuhan luar biasa menggerakkan orang-orang
yang akan diteliti untuk membantu pengisian kuesioner. Saya berjuang tanpa
kenal lelah, harus selesai tahun ini, itulah tekad saya. Saya sudah mulai
kuliah program S.3 konsentrasi pendidikan agama Kristen, sejak 2007. Namun
karena beberapa kendala, barulah tahun 2012 bisa dilanjutkan. Masa-masa yang
menegangkan bagi saya, karena pembimbinganpun tidak efektif. Ujian Negara pun
semakin mendekat, dan akhirnya 31 Oktober 2012, ujian berlangsung dan puji
Tuhan, saya dinyatakan lulus. How great Thou art kembali terungkap dari hati
yang dalam.
Menjelang
masa wisuda November, tibalah juga masa-masa yang menegangkan bagi kami,
berkaitan dengan kehamilan istri yang memasuki usia ke-9 bulan. Kami selalu
periksakan ke dokter sesuai jadwal (di rs Kenari Cileungsi). Hasil USG
menyatakan bayi kami adalah perempuan. Kondisinya dinyatakan sehat, tapi ada
masalah posisi bayi yang melintang. Diagnosa terakhir menyatakan bahwa sulit
lahir normal. Kami segera memeriksakan ulang kepada bidan di klinik Bayu Medika
untuk komparasi dengan dokter. Dan ternyata hasilnya hampir sama, posisi bayi
belum turun sampai ke panggul (istilah bidan “belum ngunci”), padahal usia
kehamilan sudah 40 minggu. Hari itu Jumat, 23 November 2012, kembali kami
datang ke klinik untuk pemeriksaan akhir dan hasilnya tetap bayi tidak bisa
lahir normal. Akhirnya dirujuk ke rs Meilia cibubur untuk tindakan operasi
Cesar. Semua berjalan dengan baik. Kami sangat bersuka cita, bayi yang lahir
dinyatakan laki-laki, berbeda dengan hasil usg. Sepanjang malam kami berjaga,
menyambut kehadiran bayi mungil dan lucu. Kembali kami berkata How great Thou
Art.
Satu
momentum yang sangat bersejarah terjadi besok harinya, Sabtu, 24 November 2012.
Oleh anugerah Tuhan saya dengan teman-teman di wisuda dalam program doctoral
(S.3) di apartemen Robinson Pluit Jakarta Utara. Puji Tuhan, gelar dianugrahkan
sebagai doctor (D.Th). satu pencapaian yang cukup tinggi secara akal budi
manusia. Namun harus tetap rendah hati. Gelar itu harus memacu saya semakin
setia melayani dan semakin mengimani bahwa Tuhan sanggup melakukan segala
perkara. Saya sangat terharu hari ini, meskipun tidak didampingi keluarga
(karena masih di rumah sakit), saya berbahagia. Air mata keharuan dan sukacita
tidak terbendung selama saya dalam perjalanan mobil. Saya menyanyikan pujian
Firman kehidupan. Orang-orang memberikan ucapan selamat double, saya hanya
berkata, segala kemulian hanya bagi Tuhan.
Inilah
sepenggal kisah hidup dan perjuangan saya dan keluarga di tahun 2012 yang
sangat menegangkan namun akhirnya sangat menyenangkan. Saya berdoa agar keluarga
kami semakin mencintai Tuhan. Kami tetap beriman bahwa Tuhan yang sudah memilih
kami jadi hamba-Nya, Dia juga yang terus akan memelihara kami. Selamanya, kami
percaya Tuhan. Welcome, Juan
Christian Silalahi, juga terima kasih Tuhan untuk gelar yang bertambah. Doa
kami agar keluarga kami semakin memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak
orang. Terpujilah Tuhan.
Ciangsana,
30 November 2012
(Hujan
di senja hari)
Pdt.
E. Andi Silalahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar