Kamis, 30 Mei 2013

November menegangkan, November menyenangkan



NOVEMBER YANG MENEGANGKAN,
NOVEMBER YANG MENYENANGKAN

Hari ini Jumat, 23 November 2012, lahirlah Juan Christian Silalahi. Sebuah nama yang sudah disepakati sejak tahun 2008. Dia lahir di RS Meilia Cibubur, di bawah penanganan dr. Chandra. Operasi cesar berlangsung dengan lancar, mulai pukul 15.05 – 15.35, semula direncanakan mulai pukul 13.30 Wib. Juan (laki-laki) lahir dengan berat 3,4 kg dan panjang 49 cm.

Kehadiran Juan Christian Silalahi sudah lama dinantikan. Kami menikah 20 Oktober 2007, diusia saya yang ke-35, dan istri saya, Juliana Gultom diusia 25 tahun. Sejak pernikahan, kami berharap agar Tuhan segera memberi momongan. Namun kehendak manusia bukanlah kehendak Tuhan. Orangtua juga sangat berharap akan kehadiran cucunya, mengingat saya adalah anak bungsu laki-laki dalam keluarga, ditambah lagi istri saya adalah anak tunggal di keluarganya. Kondisi demikian tentulah mengharapkan adanya cucu “segera”, dan  ini manusiawi.

Sejak 2007, berbagai upaya selain doa, kami sudah kami lakukan. Kami sudah periksakan diri kepada beberapa dokter ahli kandungan. Hasil pemeriksaan sebenarnya tidaklah terlalu buruk, hanya perlu penambahan nutrisi atau vitamin untuk kesuburan kandungan. Pernah terpikir untuk program inseminasi, namun hati tidak sejahtera. Dengan berbagai alasan, saya “berhasil” menggagalkan rencana inseminasi buatan.

Seiring berjalannya waktu, kami pun tetap optimis akan pertolongan Tuhan. Bahasa “iman” saya menyatakan, Tuhan pasti akan memberikan keturunan sesuai dengan waktu Tuhan. Hanya butuh kesabaran saja di antara kami. Bagi kami, belum adanya anak, tidaklah menjadi persoalan besar. Sebagai hamba Tuhan, tentunya kami sudah memahami konsep keluarga Kristen, bahwa tanpa anakpun keluarga tetap sempurna. Akan tetapi belum adanya anak di tengah keluarga kami, menjadi kegundahan bagi orangtua. Maklumlah, anak semata wayang.

Dalam diskusi kami, saya selalu berkata, sabarlah, segala sesuatu ada waktunya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tugas melayani tetap harus dijalankan dengan setia, dahulukan kerajaan Allah, yang lain pasti ditambahkan. Begitulah iman saya. Ketika bulan Maret 2012, istri saya berkata, saya “telat”, saya menanggapinya tanpa ekspresi yang kaget. Sebab sudah beberapa kali demikian, namun berujung pada sedikit “kekecewaan”. Lalu menghibur diri, belum waktunya. Bahkan sudah pernah keguguran diusia kandungan 10 minggu, pada tahun 2009. Tapi kemudian ekspresi kami berubah biasa-biasa menjadi wajah yang penuh harap, karena “telat”nya bersambung sampai ke bulan berikutnya. Wah..luar biasa senangnya, karena melalui test kehamilan, jelas hasilnya positif. Berulang-ulang test dilakukan dan tetap positif. Kemudian dilanjutkan dengan usg, ternyata benar positif hamil. How great Thou art. Itulah ungkapan kami.

Bulan-bulan penantian kami jalani dengan sukacita. Istripun tetap bekerja sebagai guru di CIS (Christian International School). Dia merasa enjoy di sana. Namun kami sempat kaget dan sedikit panik, karena di tengah-tengah keyakinan semua baik, tiba-tiba ada plek darah keluar dari rahim istri saya. Sebuah tanda tanya, apa yang akan terjadi? Segera kami bawa ke klinik terdekat untuk pemeriksaan. Bidan yang menangani segera menganjurkan bed rest (cuti) minimal seminggu. Kemudian berdasarkan pertimbangan keamanan janin, dan kenyamanan kami, akhirnya dengan berat hati, istripun resign dari CIS. Tidak masalah, demikian komentar saya. Tuhan sanggup untuk mencukupkan segala keperluan kita, tapi sebaliknya kita adalah orangtua yang tidak bertanggung jawab jika kita hanya berpikir egois. Keputusan resign kami sepakati dengan keterbukaan.  Saya beriman saja kepada Tuhan, sebenarnya jika melihat kondisi keuangan saya pada saat itu yang tidak stabil, keputusan keluar dari CIS bukanlah hal yang mudah. Pikiran saya simpel saja, dari dulu Tuhan tolong saya, pasti demikian seterusnya. Bulan demi bulan kami jalani, ternyata kami tidak pernah kekurangan. Tuhan punya banyak cara untuk menolong kami. Termasuk untuk periksa kehamilan rutin, Tuhan sediakan. Saya bekerja di STT Arrabona, namun sebagai sekolah yang baru, dana kesejahtraan belum memadai.

Satu hal yang sangat luar biasa, bahwa dalam kondisi keuangan yang tidak stabil, saya harus melanjutkan kuliah program S.3 yang membutuhkan dana besar. Bagaimana ini? Belum lagi persalinan sudah diambang pintu, sudah dekat. Setiap hari kami berdoa, memuji Tuhan dan merenungkan firman-Nya. Kami meyakini, Tuhan buka jalan. Kami kadang menyanyikan pujian, ku tahu Tuhan pasti buka jalan sambil mencucurkan air mata. Kadang-kadang istri saya puasa, meskipun sedang hamil. Saya terharu untuk hal itu. Dia sangat tekun berdoa dan membaca firman. Saya tetap mengajar di STT Arrabona dan STT Iksm. Beberapa kali dapat undangan khotbah di gereja. Tuhan memberi berkat lewat pelayanan itu. Tuhan juga memakai orang tertentu untuk menopang kami, tanpa pernah kami “curhat” kepada orang tersebut. Satu hal yang di luar dugaan, pemerintah mendukung saya melalui program penelitian dosen. Pemerintah memberikan dukungan dana penelitian. Untuk kesekian kalinya kami bersyukur kepada Tuhan. Tuhan itu luar biasa. Saya berprinsip bahwa kami tidak akan meminta-minta kepada orang lain, termasuk kepada orangtua, kecuali kami hanya meminta kepada Tuhan. Tuhanlah yang menggerakkan orang-orang untuk menolong kami hingga saat ini.

Bulan Agustus sampai Oktober adalah bulan yang penuh perjuangan bagi saya, untuk menyelesaikan disertasi saya. Beruntung, istri mendukung dan membantu mencari sumber-sumber buku untuk penulisan. Tuhan luar biasa menggerakkan orang-orang yang akan diteliti untuk membantu pengisian kuesioner. Saya berjuang tanpa kenal lelah, harus selesai tahun ini, itulah tekad saya. Saya sudah mulai kuliah program S.3 konsentrasi pendidikan agama Kristen, sejak 2007. Namun karena beberapa kendala, barulah tahun 2012 bisa dilanjutkan. Masa-masa yang menegangkan bagi saya, karena pembimbinganpun tidak efektif. Ujian Negara pun semakin mendekat, dan akhirnya 31 Oktober 2012, ujian berlangsung dan puji Tuhan, saya dinyatakan lulus. How great Thou art kembali terungkap dari hati yang dalam.

Menjelang masa wisuda November, tibalah juga masa-masa yang menegangkan bagi kami, berkaitan dengan kehamilan istri yang memasuki usia ke-9 bulan. Kami selalu periksakan ke dokter sesuai jadwal (di rs Kenari Cileungsi). Hasil USG menyatakan bayi kami adalah perempuan. Kondisinya dinyatakan sehat, tapi ada masalah posisi bayi yang melintang. Diagnosa terakhir menyatakan bahwa sulit lahir normal. Kami segera memeriksakan ulang kepada bidan di klinik Bayu Medika untuk komparasi dengan dokter. Dan ternyata hasilnya hampir sama, posisi bayi belum turun sampai ke panggul (istilah bidan “belum ngunci”), padahal usia kehamilan sudah 40 minggu. Hari itu Jumat, 23 November 2012, kembali kami datang ke klinik untuk pemeriksaan akhir dan hasilnya tetap bayi tidak bisa lahir normal. Akhirnya dirujuk ke rs Meilia cibubur untuk tindakan operasi Cesar. Semua berjalan dengan baik. Kami sangat bersuka cita, bayi yang lahir dinyatakan laki-laki, berbeda dengan hasil usg. Sepanjang malam kami berjaga, menyambut kehadiran bayi mungil dan lucu. Kembali kami berkata How great Thou Art.

Satu momentum yang sangat bersejarah terjadi besok harinya, Sabtu, 24 November 2012. Oleh anugerah Tuhan saya dengan teman-teman di wisuda dalam program doctoral (S.3) di apartemen Robinson Pluit Jakarta Utara. Puji Tuhan, gelar dianugrahkan sebagai doctor (D.Th). satu pencapaian yang cukup tinggi secara akal budi manusia. Namun harus tetap rendah hati. Gelar itu harus memacu saya semakin setia melayani dan semakin mengimani bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara. Saya sangat terharu hari ini, meskipun tidak didampingi keluarga (karena masih di rumah sakit), saya berbahagia. Air mata keharuan dan sukacita tidak terbendung selama saya dalam perjalanan mobil. Saya menyanyikan pujian Firman kehidupan. Orang-orang memberikan ucapan selamat double, saya hanya berkata, segala kemulian hanya bagi Tuhan.

Inilah sepenggal kisah hidup dan perjuangan saya dan keluarga di tahun 2012 yang sangat menegangkan namun akhirnya sangat menyenangkan. Saya berdoa agar keluarga kami semakin mencintai Tuhan. Kami tetap beriman bahwa Tuhan yang sudah memilih kami jadi hamba-Nya, Dia juga yang terus akan memelihara kami. Selamanya, kami percaya Tuhan. Welcome, Juan Christian Silalahi, juga terima kasih Tuhan untuk gelar yang bertambah. Doa kami agar keluarga kami semakin memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terpujilah Tuhan.

Ciangsana, 30 November 2012
(Hujan di senja hari)
Pdt. E. Andi Silalahi

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...