Rabu, 07 Oktober 2009

PERINTAH UNTUK BERTEKUN DALAM INJIL

Nats : 2 Tim.3: 1-9
Tema : Perintah untuk Bertekun dalam Injil

Pendahuluan
Ketekunan merupakan prasyarat keberhasilan. Satu perintah atau tugas dapat terlaksana dengan baik, jika si penerima tugas memiliki ketekunan. Rasul Paulus memberikan juknis (petunjuk teknis) tentang penggembalaan. Banyak nasihat yang disampaikan kepada Timotius. Pada perikop ini, Paulus ingin membeberkan tentang situasi zaman yang penuh dengan kesukaran.

Eksposisi
3:1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Ketahuilah – Paulus mengawali bab ini dengan pemberitahuan tegas mengenai tantangan dalam pemberitaan Injil. Paulus hendak menjelaskan kepada Timotius bahwa gejala-gejala guru-guru sesat bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan adalah bagian dari keadaan pada hari-hari terakhir atau sering disebut sebagai akhir zaman. Akhir zaman sudah dimulai dengan kedatangan Yesus dan pencurahan Roh Kudus dan mencapai puncaknya pada kedatanan Yesus kembali (bnd. Kis.2: 17). Lebih tepatnya ialah zaman sekarang. John Stott dalam bukunya berpendapat bahwa perlawanan menentang kebenaran bukanlah situasi yang akan berlalu, melainkan cirri khas zaman yang bakal menetap. Jadi seorang hamba Tuhan harus menyadari keadaan tersebut atau harus mengetahui setiap tantangan zaman ini.
Masa yang sukar – dalam bahasa Yunani kata sifat Chalepos pada dasarnya berarti sukar atau berat. Berat untuk dipikul (kesakitan fisik ataupun mental), berat untuk dihadapi, berbahaya dan penuh ancaman. Masa yang sukar tidak hanya tercermin pada bencana-bencana yang menimpa dunia, gempa bumi, penganiayaan, peperangan, kelaparan sebagai mana Matius 24, khotbah tentang akhir zaman, akan tetapi juga berkaitan dengan kemerosotan moral atau dosa-dosa moralitas manusia.

3:2-9 Di dalam ayat-ayat ini, Paulus mendeskripsikan kejahatan manusia. Dalam 2-4, memaparkan perilaku moral manusia termasuk para guru palsu tentunya, ayat 5 menyangkut wawasan keagamaan mereka dan ayat 6-9, cara kerja untuk mengumpulkan pengikut mereka yang salah.
Dalam ayat 2-4, Paulus menyebutkan 19 ungkapan untuk menggambarkan orang-orang jahat pada masa sukar itu.Rentetan dosa yang disebut dalam ayat 2-4 dimulai dengan mencintai diri sendiri dan diakhiri dengan tidak menuruti Allah. Jadi memang focus hidupnya adalah dirinya sendiri. Dosa-dosa moral itu berkaitan dengan diri sendiri, seperti: hamba uang, motivasi pelayanannya adalah uang, membual atau “sok jago, sok pintar”, sombong; tinggi hati atau suka memandang rendah orang lain. Juga ada kaitan dengan keluarga; seperti berontak terhadap orangtua- tidak lagi menghormati orang tua, tidak tahu berterimakasih, tidak tahu mengasihi – tidak menaruh perasaan sayang manusia yang wajar dan normal, bahkan tidak mau berdamai atau tidak memiliki itikad baik. Dalam komunitas social yang lebih luas, seperti suka menjelekkan orang lain, pemfitnah, garang atau ganas, tidak suka berbuat baik. Dalam relasidengan Allah, dia tidak peduli, tidak takut akan Allah. Jadi semua dosa-dosa tersebut berawal dari egosentrisme yang tidak kenal Tuhan. Pecinta diri sendiri (philautoi), suatu istilah yang menunjuk kepada cinta yang terbatas terhadap diri sendiri. Ini adalah bahaya besar, jika manusia menjadikan diri sendiri menjadi nomor satu dan Allah diurutan bawah apalagi tidak masuk dalam urutan.

3:5 Sikap egoism dan materialism (ay.2) dan sikap mengejar kenikmatan dunia (ay.4) tidak hanya menghinggapi orang-orang dunia pada umumnya, tetapi bisa juga orang-orang Kristen. Sikap-sikap tesebut akan mempengaruhi penghayatan agama mereka dan menggerogoti dari dalam. Mereka hanya menjalankan ibadah secara lahiriah. Mereka memungkiri kekuatan ibadah. Paulus berkata, jauhilah mereka. Agama bukan hanya merupakan form atau bentuk lahiriah teapi power atau kuasa yang dapat memengaruhi, mengubah moralitas seseorang kepada kebaikan dan kebenaran.

3: 6-9 Paulus mengingatkan Timotius agar hati-hati terhadap guru-guru palsu yang cara kerjanya dengan cara menyelundup ke rumah-rumah dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang memiliki latar belakang hidup masa lalu yang kurang baik, seperti dosa seksual dan juga materialism. Mereka tentu masih labil dan lebih gampang dipengaruhi karena mereka juga lembah secara intelektual jadi mudah tertipu. Perempuan-perempuan itu ingin diajar, tetapi karena karena karakter yang labil, mereka tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Apalagi sekarang yang datang memengaruhi adalah penentang kebenaran. Paulus berkata, mereka sama seperti Yanes dan Yambres yang menentang Musa, mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. Akal yang bobrok karena telah dirusak oleh dosa, sehingga mereka tidak bisa membedakan mana kehendak Allah, iman mereka tidak berfungsi lagi. Dan dapat dipastikan mereka tidak akan lebih maju, sebab kebobrokan mereka akan menjadi nyata bagi semua orang. Kebobrokan atau kebohongan pasti akan ketahuan, sama seperti bau yang busuk tidak bisa disembunyikan.

Kesimpulan
- Paulus menasihati Timotius agar tetap waspada setelah mengetahui keadaan zaman yang sukar. Semangat Egosentrisme zaman ini harus diwaspadai.
- Agar Timotius tidak terpengaruh atau terinfeksi dengan arus zaman yang makin rusak moral. Ia harus berdiri teguh dalam kebenaran Injil without compromise (tidak ada kompromi dengan dosa).
- Harus disadari dan diakui oleh Timotius maupun kita orang-orang percaya masa kini, bahwa hanya Injil Yesus Kristuslah yang dapat memberikan penyelesaian radikal atas soal-soal dosa dan segala kejahatan. Hanya dengan perjumpaan pribadi dengan Yesus, hanya dengan percaya dan menerima Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamat, inilah awal dari perubahan seseorang. Tuhan Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa yang sudah hilang oleh dosa. Kekristenan adalah keyakinan iman, bahwa tanpa Kristus kita tidak akan hidup. Yesus Kristuslah jalan dan kebenaran dan hidup..
- Paulus berkata ikutilah ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Bertekun dalam Injil merupakan kunci kekuatan dan kemenangan iman kita.
Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...