Sabtu, 26 September 2009

Menjadi Berkat dengan Kepribadian

Yohanes 21: 20-23

Menjadi Berkat dengan Kepribadian (Petrus)

Manusia diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah. Seorang teolog bernama Anthony Hoekema, berkata, manusia bisa dilihat dari dua sisi, pertama, sebagai ciptaan dan kedua, sebagai pribadi. Alkitab jelas menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan memberi hidup, Dia juga memelihara ciptaanNya. Hal ini mengimplikasikan bahwa sebagai ciptaan maka manusia harus bergantung total (total dependent) kepada pencipta, ibarat tanah liat ditangan penjunan. Sebagai pribadi (person), manusia dituntut untuk mandiri dan bertanggungjawab, akan tetapi kemandirian manusia hanya bersifat relatif bukan mutlak (relative independent). Menjadi satu pribadi berarti mampu mengambil satu keputusan, menetapkan pilihan oleh karena manusia memiliki kebebasan relatif. Sebagai pribadi, manusia diperlengkapi dengan pengetahuan, kebenaran, kekudusan dan sifat-sifat lainnya, sehingga dia dapat berpikir, dapat merasakan sesuatu serta melakukan tindakan. Manusia bukan robot yang pasif, yang gerakannya ditentukan total oleh kekuatan di luar dirinya. Manusia sebagai pribadi memiliki kemampuan pribadi untuk dapat bertindak secara aktif.

Tuhan menciptakan manusia secara unik. Luar biasa.. diantara 6 milliar lebih manusia di dunia, tidak satupun yang persis sama. Tiap orang punya perbedaan. Kepribadian setiap orang juga berbeda-beda. Jelaslah bahwa Allah menyukai keberagaman. Allah membuat variasi yang menakjubkan. Apa itu keperibadian? Kepribadian atau "personality" merupakan sifat dan tingkah laku yang membedakannya dengan orang lain. Kepribadian seseorang dibentuk dan terbentuk oleh faktor internal dan eksternal. G.W Allport dari Harvard University, mengemukakan bahwa, Kepribadian adalah organisasi dinamis yang ada pada seseorang di dalam suatu sistem kejiwaan yang menentukan keunikan penyesuaian dengan lingkungannya. Kepribadian itu bersifat dinamis. Berarti, kepribadian itu adalah sesuatu yang berubah dan berkembang membentuk suatu sikap dan tindakan tertentu. Perubahan ini sesuai dengan waktu dan pengalaman yang dilaluinya. Sedangkan menurut La Haye, kepribadian adalah ekspresi yang keluar dari diri kita, yang mungkin sama dengan watak kita atau mungkin juga tidak, bergantung pada ketulusan kita.

Menurut Hippocrates (400 BC) Tipe kepribadian berdasarkan temperamen dibagi menjadi:

  1. Sanguine – tipe yang meluap-luap; spontan, lincah, dan periang (sang populer yang ceria)
  2. Flegmatik – tipe lamban ;ramah, sabar, puas. (sang pendiam yang damai)
  3. Kolerik – tipe gerak cepat; suka petualangan, persuasif, percaya diri. (sang pemimpin yang kuat)
  4. Melankolik – tipe patah hati; penuh pikiran perfeksionis, setia, tekun. (sang pemerhati yang sempurna)

Coba bayangkan :

- Jika semua orang bertemperamen Sanguin, maka topik pembicaraan tidak akan selesai dan tidak sistematis.
- Jika semua orang bertemperamen Kolerik, maka banyak sekali pertikaian dan intimidasi.
- Jika semua orang bertemperamen Melankolik, maka banyak sekali asumsi dan sedikitnya penerimaan akan orang lain karena perfeksionis.
- Jika semua orang bertemperamen Flegmatik, maka dunia akan sepi sekali dan tidak adanya perubahan dan perkembangan yang berarti di dunia.

Tuhan itu sempurna, makanya dia sudah menentukan porsi temperamen di dunia sehingga terjadinya keseimbangan.

Yang paling penting adalah bagaimana kita memaksimalkan karunia dari temperamen kita, sehingga kita bisa jadi dampak buat dunia.

Tokoh Alkitab yang kita bahas saat ini adalah Petrus. Petrus sering disebut oleh para pakar sebagai orang yang bertempramen ‘sanguin’. Orang sanguin, ia mampu membuat suasana menjadi hangat. Ia terkesan tidak memikirkan hari esok. Hari ini adalah hari yang berbahagia, hari esok lain urusannya. Ia begitu ramah dengan semua orang, simpatik, lemah lembut dan punya perhatian yang besar terhadap orang lain. Makanya ia sangat disenangi orang, apalagi ia termasuk orang yang tidak pernah kehabisan kata-kata, ia bisa memukau orang banyak dengan cerita-ceritanya yang menarik. Ia manusia yang tak pernah bosan dengan hidup ini.

Sayangnya, orang sanguin memiliki emosi yang tidak stabil. Ia bisa jatuh cinta dengan seorang hari ini, kemudian dengan seorang lagi pada hari yang lain. Pendiriannya tidak tegas, dan karena itu ia tidak segan-segan untuk berbohong. Karena senang dengan memukau orang, sampai-sampai sebuah fakta dilebih-lebihkan. Pintar membuat sensasi. Kalau orang sanguin melihat sepeda bertabrakan dengan sepeda, ia akan menceritakannya seakan-akan pesawat bertabrakan dengan pesawat. Sifat kekanak-kanakannya sangat menonjol, dan suka mendominasi percakapan.

Kelemahan lain yang dimiliki orang sanguin adalah tidak disiplin. Terlalu banyak waktu yang dibuangnya, sehingga banyak pekerjaan yang tidak selesai. Tidak teroganisir, karena ia mudah beralih perhatian kepada hal-hal yang tidak menjadi prioritas. Ia tidak terdesak dengan target waktu. Makanya kalau orang sanguin sering datang terlambat, kita tidak usah heran. Ia bisa memasuki sebuah pertemuan rapat dalam keadaan tenang tanpa merasa “berdosa”.

Kebiasaan sanguin dasarnya berasal dari kasih yang murni kepada sesama. Sanguine yang mudah mengekspresikan emosinya, ketika dia menangis menyesali kesalahan. Karena kemauan yang lemah, terkadang membuat mereka mengulangi kesalahan mereka lagi secara nggak sadar. Oleh sebab itu, seorang sanguin butuh “roh kelemah lembutan”, dalam artian tidak suka melawan dan “roh penguasaan diri”.

Beberapa kisah tentang Petrus:

- Berjalan di atas air (Mat.14:28-30), sifat yang sok pemberani, spontan.

- Petrus berkata, jangan hanya kaki saja Tuhan, waktu pembasuhan kaki

- Menghunus pedang,memotong telinga Malkus (Yoh.18: 10), mudah emosional dan terpengaruh lingkungan

- Petrus menyangkal Yesus 3 kali (Yoh. 18:27), penakut namun cepat mengakui kesalahan.

- Petrus kembali ke danau untuk menangkap ikan (Yoh.21: 1-14).

- Petrus mencampuri urusan Tuhan (Yoh.21: 20-23)

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sehingga kita bisa menjadi berkat melalui kepribadian kita:

I. PERBAHARUI MANUSIA LAMA KITA

Kalau kita perhatikan Alkitab, khususnya 1 Petrus 2:1, rasul Petrus mengatakan 'buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala kemunafikan, kedengkian dan fitnah". Perkataan 'buanglah" di sini dipergunakan Petrus menunjukkan perbuatan yang dilakukan sekali, tetapi berlaku untuk selama-lamanya; maksudnya ketika dikatakan 'buanglah" itu berarti kita membuang segala perbuatan yang tidak disenangi Tuhan semuanya dan sekali saja untuk selama-lamanya.

Seringkali kita terjebak menjadi begitu tamak, tatkala kita mengatakan aku hendak 'membuang' perbuatan jahatku, namun karena melihat di depan-belakang-kiri-kanan tidak ada orang, maka kita pungut lagi apa yang sudah kita buang. Kita tidak bedanya ibarat seorang anak kecil yang berdoa "Oh Tuhan ampunilah saya, karena tadi pagi saya telah mencuri uang mama, Oh Tuhan, aku berjanji tidak akan berbuat lagi baik sekarang besok dan sampai selama-lamanya. Aku bertobat Tuhan, aku mohon Tuhan mau menolong daku dan mengampuniku. Tetapi Tuhan, tolong jangan suruh aku mengembalikan uangnya, sebab aku sudah berjanji dengan temanku nanti sore mau pergi makan-makan ama teman-teman di Restoran."

Sesungguhnya tujuan utama hidup kita adalah agar bisa menjadi saksi bagi orang lain, sehingga orang lain melihat diri kita ada sesuatu yang dapat dicontoh atau diteladani. Namun tanpa kita sadari, acapkali juistru kita menjadi "batu sandungan" bagi orang lain, bukan menjadi "batu yang hidup". Sebuah batu, jikalau terpisah sendiri ia akan menjadi batu yang tidak berguna, bahkan kalau ada orang yang kebetulan melewati jalan tersebut, batu itu akan terinjak dan bisa membuat orang terpeleset dan jatuh. Batu itu telah menjadi batu sandungan. Mestinya tatkala pertama kali kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita, semua perbuatan jahat kita sudah kita tanggalkan jauh-jauh. Tetapi bukankah faktanya kita masih menggandol manusia lama kita; yang kadang kala tanpa disadari muncul lagi. Itulah sebabnya saya katakan kita harus memperbaharui semua itu, supaya hidup kita menjadi lebih sempurna.

Petrus adalah seorang rasul yang sudah memperbaharui dirinya. Kita tahu Petrus adalah seorang yang gegabah, suka bertindak tergopoh-gopoh dan emosinya tidak stabil. Petrus seperti orang yang "ngomong dahulu, baru berpikir" , jadi sering kali ngawur. Petrus pernah dengan sesumbar mengatakan demikian, "Oh Tuhan aku mengasihi Engkau, aku akan memberikan nyawaku bagiMu. Oh Tuhan Engkau boleh ragu terhadap Yudas Iskariot, Yohanes dan Tomas, tetapi jangan ragu terhadap aku. Sebab aku ini lain, ya.. aku ini lain. Sekali lagi aku akan memberikan nyawaku bagiMu." Tetapi Tuhan Yesus berkata kepadanya: "Nyawamu akan kau berikan kepadaKu? Aku berkata kepadamu Petrus, sebelum ayam berkokok dua kali engkau telah menyangkal Aku sebanyak tiga kali."

Lalu benar, ia kemudian menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi Yesus tidak membiarkan Petrus itu putus asa dan gagal terus, Ia mau mengubah Petrus. Kemudian Yesus menampakkan Diri kepadanya. De tepi danau itu, Yesus memperbaharui Petrus, sehingga ia menjadi pengabar injil yang luar biasa.

II. PERBAHARUI IMAN KEPERCAYAAN KITA

Manusia itu begitu sombong, ia senantiasa menganggap diri sudah dewasa, seakan-akan sudah tahu banyak.Kalau ada nasihat, kalau ada pengajaran yang diberikan, manusia cenderung tutup telinga dari pada duduk diam mendengarkan. Oleh sebab itu, di dalam pembaharuan Iman Kepercayaan Kita, rasul Petrus mengingatkan bahwa "engkau harus jadi seperti anak kecil yang baru lahir, yang senantiasa rindu akan susu yang murni dan rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan" (1 Ptr.2:2). Dengan kata lain kita akan dilahir-barukan. Dahulu kita lahir secara 'daging", dan daging itu akan cepat binasa. Apapun juga yang lahir secara daging akan mati dan hancur. Itu berarti di dunia ini sesungguhnya tidak ada yang kekal, kecuali Yesus Tuhan kita. Umur, kuasa, jabatan, kehidupan, semuanya akan hancur.

Saudara, batu bangunan itu dapat berdiri teguh karena ada dasarnya yang teguh, tanpa dasar yang teguh bangunan itu akan runtuh, walaupun angin yang menghembusnya sepoi-sepoi. Orang percaya juga demikian, kita tidak dapat berdiri kokoh dan teguh tanpa dasar yang kuat, dan dasar kita siapa? yakni Yesus Kristus. Ia akan menopang kita, asal saja kita mau diperbaharui. Batu yang ukurannya berbeda, yang bentuknya berbeda, untuk digabungkan dan disatukan menjadi bangunan yang indah, kadang kala batu tersebut harus dipatahkan, batu tersebut akan dihancurkan. Demikian juga kita manusia, ada bagian-bagian tertentu dari diri kita yang harus dihancur-luluhkan. Mungkin itu berupa iri hati, mungkin itu berupa dendam, mungkin itu berupa kebencian dan sebagainya, supaya kita benar-benar diperbaharui untuk bertumbuh dan memperoleh keselamatan.

Tatkala seorang pasien divonis oleh dokter bahwa tulang kakinya patah dan harus menjalani operasi, maka untuk menuju proses operasi itu, si pasien tidak beralasan mengatakan bahwa dokter itu jahat. Walaupun akhirnya dokter itu akan mengambil pisau kemudian memotong kulit dan daging kakinya, kemudian memperbaiki tulangnya, kemudian menjahit kembali bekas potongan itu. Si pasien harus menyerahkan sepenuhnya kepercayaan pada dokter, ia tidak boleh melawan dokter itu. Pada saat si pasien mencoba untuk melawan dokter itu, maka kakinya tidak pernah akan sembuh, namun tatkala ia menyerahkan sepenuhnya, maka dokter itu akan memberikan kesembuhan kepadanya. Kataatan sang pasien menyebabkan perubahan dalam hidupnya, sekarang ia bisa jalan, ia bisa lari, ia bisa bekerja.

Mungkin saat ini hidup kita lagi penuh dengan keraguan? Ada ketakutan, karena penderitaan masih belum kunjung selesai. Di Surat Kabar pernah dituliskan rekor seseorang yang paling lama masuk rumah sakit. Dari usia 3 tahun sampai pada waktunya ia mati hampir 103 tahun. Kalau anda orang itu, apakah anda bisa percaya melalui iman anda bahwa Allah mengasihi anda? Perlu kita ketahui, bahwa pada saat Allah pertama kalai menciptakan manusia di dunia ini, ia tidak memberikan penderitaan apapun kepada mereka. Namun manusia itu jatuh ke dalam dosa, mereka makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Sebagai konsekuensinya, manusia mengalami penderitaan dan kematian.

III. PERBAHARUI KOMITMEN PELAYANAN KITA

Pelayanan kepada Tuhan itu merupakan perintah yang harus kita jalankan. Kita yang sudah ditebus oleh Yesus dengan darah yang tercurah di atas kayu salib, sehingga kita memperoleh keselamatan, kita adalah orang yang sedang berhutang kepada Allah. Kita yang dahulunya bukan Umat Allah telah dijadikan Umat-Nya, kita yang dahulu tidak dikasihani telah beroleh belas kasihan-Nya (lihat 1 Petrus 2:10). Hutang itu sesungguhnya tidak mungkin kita bayar. Namun karena Anugerah Tuhan, kita diberi kesempatan sebagai mitra kerja-Nya.untuk melayani Dia. Kita berusaha, sebab pemikiran kita dengan cara ini bisa membayar hutang keselamatan itu, tetapi sekali lagi tidak mungkin. Walaupun pekerjaan pelayanan ini kita kerjakan dengan sungguh-sungguh..

Saudara, jujur saja; bukankah acapkali justru pelayanan kita itu tidak sungguh-sungguh dilakukan? Kita yang seharusnya menjadi 'batu hidup' telah menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain. Kita tidak menaruh curahan perhatian penuh buat pekerjaan Tuhan. Contoh kecil saja, bukankah tidak jarang kita yang ditugaskan sebagai penyambut tamu, tetapi sering kali kita terlambat hadir, bahkan alpa tanpa pemberitahuan. Sering kali orang-orang yang ikut dalam paduan suara, kalau mau tampil atau konser baru latihan dengan serius, tetapi kalau hari-hari biasa yang ikut latihan hanya beberapa orang saja. Sering kali kita sebagai guru Sekolah Minggu, karena menganggap cerita Alkitab sudah cukup mahir, maka untuk mengajar pada anak-anak, kita tidak perlu persiapan lagi. Dan masih banyak lagi. Kita begitu buta, hampir-hampir kita tidak tahu apa kesalahan kita.

Mestinya kita harus menjadi berkat, yang artinya berguna bagi orang lain. Kalau kita hanya berguna bagi diri kita sendiri itu sudah biasa; egois, tetapi kalau kita berguna buat orang lain itu pelayanan.

Kita membutuhkan segala jenis kepribadian untuk menyeimbangkan gereja. Kepribadian kita akan mempengaruhi bagaimana dan dimana kita menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita.

Simon Petrus sudah menyatakan kesediaannya melayani, dia sudah “teken kontrak” dengan Yesus sampai mati. Namun demikian Yesus masih ingin mengoreksi pribadi Petrus agar dia lebih fokus dalam pelayanan. Petrus tidak perlu iri hati terhadap orang lain. Yesus menegur dia, Itu bukan urusanmu..(a.23). Jangan kita mengurusi yang bukan porsi kita, bagian Tuhan biarlah Tuhan yang mengurus, bagian kita, kita urus dengan baik. Yakni mengerjakan pelayanan yang sudah dipercayakan. Mari kita hidup menjadi berkat bagi orang lain. Amin.

Jkt, 26 Sept 2009

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...