Sabtu, 08 Agustus 2009

SEJARAH KEPENDIDIKAN KRISTEN

SEJARAH KEPENDIDIKAN KRISTEN DALAM GEREJA


Sejarah adalah perhitungan peristiwa-peristiwa yang sistematis. Seseorang yang sangat berhubungan dengan masa kini dan masa depan pasti mempunyai kesadaran, pengertian dan penghargaan terhadap peristiwa-peristiwa yang sudah lalu. Trumbul menekankan bahwa sejak permulaan, sepanjang abad sejarah gereja Kristen memperlihatkan bahwa perkembangan keanggotaan gereja, serta pendewasaan orang-orang Kristen di dalam pengertian dan ketaatan firman Allah tergantung pada penekanan pendidikan Kristen dalam gereja. Sebaliknya, bilamana sekolah minggu atau organisasi pendidikan Kristen gerejani telah diabaikan, maka gereja gagal untuk menopang dan melanjutkan kekuatan rohani dari keanggotaannya. Dukungan yang begitu kuat terhadap fungsi pendidikan mendorong sejarawan Clarence Benson untuk menyatakan bahwa: Perkembangan dan keabadian kekristenan bergantung kepada program pendidikan. Sejarah menegaskan nilai pendidikan.

Pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru

Pendidikan agama dalam PB tidak terlepas dari pendidikan agama dalam PL. Tema pokok pengajaran agama dalam PL dan PB adalah karya penyelamatan manusia berdosa oleh Allah. Dalam PL karya tersebut dinyatakan pengajaran tentang hukum-hukum Allah dan kurban (yang sesungguhnya merupakan bayang-bayang dari penyelamatan manusia oleh Allah dalam Yesus Kristus). Dalam PB, pengajaran dinyatakan oleh pribadi Kristus, Tuhan dan Jurusemat. Dengan demikian pendidikan agama dalam PL dan PB mempunyai pusat pengajaran pada satu pribadi, yaitu Kristus.[1] Dalam Perjanjian Baru, kita menemukan dua pribadi yang sangat menekankan PAK yaitu Tuhan Yesus dan Paulus, serta contoh Jemaat mula-mula.


1. Tuhan Yesus.

Pendidikan agama dalam PB mengalami revolusi besar dengan munculnya pengajaran Kristus. Tuhan Yesus adalah pakar dan ahli mengajar, oleh karena itu diri-Nya dikenal Guru Agung melebihi guru-guru Yahudi dan filsuf-filsuf dunia lainnya. Tidwell mengungkapkan empat kategori pengukuhan diri Yesus sebagai pengajar Agung, yaitu: (1). Yesus sendiri menyatakan diri-Nya guru (Yoh. 13:13). (2). Teman-teman, pengikut-pengikut, dan musuh-musuh-Nya menyatakan Yesus adalah guru (Luk. 1:1; Mark. 4;38; Yoh. 3:2; Mat. 22:24; Mark. 9:17; 12:13-14, 32; Luk. 12:13; 19:39). (3). Yesus mengajar dengan baik sekali. Dia adalah pakar dalam seni mengajar. (4). Yesus menugaskan pengikut-pengikut-Nya untuk mengajar (Mat. 28:18-20).[2]

Inti pengajaran Yesus berpusatkan pada diri-Nya sendiri (Yoh. 14:6). Oleh karena itu Yesus sering menggunakan kata “eimi atau Aku”, yaitu Akulah roti hidup ( Yoh. 6:48,50), Akulah terang dunia (Yoh. 8:12), Akulah gembala yang baik (Yoh. 10:11), dan Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25).

PAK di dalam PB tidak terlepas dari Yesus Kristus di samping jabatan-Nya sebagai penebus dan pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi Guru yang agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia “Rabi” yang merupakan gelar kehormatan, yang menyatakan betapa Ia disenangi dan dikagumi oleh orang-orang sebangsanya selaku pengajar yang mahir dalam segala ilmu ketuhanan (Mat. 7:29). Tuhan Yesus mengajar dimana saja: di atas bukit dari dalam perahu , di sisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah yang sederhana, dan rumah orang kaya, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah, dan bahkan sampai kayu salib sekalipun. pokoknya Tuhan Yesus tidak memerlukan sekolah atau gedung yang tertentu.

Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya tidak pula pada terbatas pada waktu-waktu tertentu. Siang malam, pada setiap saat, Ia bersedia menerangkan jalan keselamatan dan kerajaan sorga yang telah datang itu kepada siapa saja yang ingin belajar kepada-Nya. Cara mengajar-Nya sangat istimewa pula biasanya Tuhan Yesus tidak membentangkan suatu ajaran dengan menyuruh orang mempercayai itu tetapi Ia menolong mereka berpikir sendiri dan menarik kesimpulannya sendiri dari apa yang dijelaskanNya kepada mereka. Banyak metode yang dipakai-Nya, dan segala metode itu masih penting dan perlu dipelajari oleh semua guru agama masa kini. Adakalahnya Tuhan Yesus bercerita, menggunakan perumpamaan, mengajukan pertanyaan, diskusi, dan menggunakan contoh secara langsung (Mat. 19:13-15; Luk. 9:48. Dan yang paling pokok adalah seluruh kehidupan Tuhan Yesus sendiri merupakan model pengajaran sampai saat yang terakhir.

Paulus Lilik Kristianto mengatakan bahwa selama pelayanan Yesus di dunia ini, Ia memberi teladan dalam metode pengajaran-Nya untuk membangun kontak dengan para pendengar, terutama murid-murid-Nya. Metode-metode tersebut antara lain; memenangkan perhatian para pendengarnya, menggunakan pertanyaan-pertanyaan, menggunakan ilustrasi dan cerita, menggunakan ceramah dan khotbah, menggunakan benda atau objek, dan menggunakan model.



2. Rasul Paulus.

Pendidikan dan pengajaran Kristen pada zaman para Rasul dimulai dari peristiwa Pentakosta, yaitu tampilnya rasul Petrus sebagai pengkhotbah dan pengajar yang menghasilkan petobat baru tiga ribu orang. Mereka inilah merupakan jemaat yang pertama dan mendapat pengajaran dari para rasul (Kis. 2:42; 5:42). Tiga pokok utama pengajaran para rasul adalah panggilan iman, penjelasan tentang iman, dan pertumbuhan moralitas sebagai konsekuensi dari hidup dalam iman.[3]

Tokoh utama dari sekian rasul Kristus yang sangat dikenal sebagai pengajar ulung adalah Rasul Paulus. Tidwell memposisikan Paulus menempati tempat kedua dalam keagungan sebagai guru setelah Yesus, sang Guru Agung. Bagi pengikut-pengikut Yesus, dia adalah orang yang paling berpengaruh dengan beberapa alasan: 1). Sejak lahir Paulus mendapat kesempatan pendidikan (Kis. 21:39). 2). Paulus mempunyai pendidikan tinggi dibawah asuhan Gamaliel (Kis. 22:3), 3). Paulus merasa dia adalah seorang guru (Kis. 21:28), 4).Pengajaran Paulus berhasil (Kis.11:19-26). 5). Paulus mengajar di Synagoge (Kis. 13:14-52), 6). Paulus mengajar kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. 6). Paulus memakai berbagai macam metode mengajar (diskusi (Kis 13;14-520), 7). Paulus mengingatkan para gembala sidang untuk mengajar (1 Tim. 3:2, 2 Tim. 2:2, 4:2). 8). Paulus setia mengajar dalam seluruh masa pelayanannya (2 Tim. 4:1-11).[4]

Oleh karena itu Rasul Paulus juga adalah seorang guru yang ulung. Ia benar-benar tokoh penting dalam lapangan pendidikan agama Yahudi dan Kristen. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang “rabi” bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat dan ia juga dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama Yuhudi. Setelah Tuhan masuk kehidupannya, Paulus menjadi seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus itu. Kemana ia pergi, segala kesempatan dipergunakannya untuk mengajar orang Yahudi dan kaum kafir tentang kehidupan bahagia yang terdapat di dalam Injil Yesus Kristus. Paulus berkhotbah di hadapan imam-imam dan rabi-rabi Yahudi, dan dihadapan rakyat jelata di segala kota dan desa yang dikunjunginya. Ia mengajar raja-raja dan wali-wali negeri, orang cendikiawan dan kaum budak, kaum laki-laki dan kaum perempuan, orang Asia, orang Yunani, orang Romawi. Pendek kata segala golongan manusia yang ditemuinya. Paulus mengajar di rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung-gedung yang disewanya, di lorong-lorong kota atau di padang-padang. Ia juga mengajar melalui surat-surat kepada jemaat-jemaat Kristen. Dialah yang paling banyak menuliskan kitab-kitab di dalam PB yaitu sebanyak 13 kitab yang merupakan hasil dari pergumulannya menjadi pengajar. Dalam Efesus 4:11-15 tersirat bahwa PAK mempunyai dua tugas utama yaitu memperlengkapi orang-orang kudus supaya dapat melayani (menjangkau jiwa-jiwa bagi Kristus) dan pertumbuhan iman sehingga menuju kedewasaan penuh di dalam Kristus.

3. Jemaat Mula-mula.

Sejak mulai berdirinya, maka jemaat Kristen yang mula-mula menjunjung tinggi pengajaran agama. Seperti diketahui orang-orang Kristen muda itu mula-mula masih terpaut kepada adat agama Yahudi, tetapi lambat laun mereka mengembangkan perkumpulan-perkumpulannya sendiri. Di dalam perkumpulan itu mereka berdoa, berbicara tentang pengajaran dan perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus, makan sehidangan, dan merayakan perjamuan suci (Kis. 2:41-47;4:23-37). Di dalam jemaat mula-mula kita mengenal para pengajar yang sering disebut soko guru, diantaranya murid-murid Tuhan Yesus; Simon Petrus, Yohanes, Yakobus, Paulus, dan pengajar-pengajar lainnya (Kis.13:1-3).

Kekristenan berkembang tahap demi tahap dan secara misterius maju menuju ke barat sejak dimulainya dari Yerusalem ke Antiokhia ke Atena, Korintus dan Aleksandria dan akhrinya ke Roma dan Kartago. Dalam sejarah Kristen mula-mula, dalam kehidupan orang-orang yang pernah bersama Tuhan dan orang-orang lain yang menjadi teman-teman mereka. Pengajaran tetap menjadi tanggung jawab utama.

- Mereka mendidik melalui berkhotbah.

- Mereka mendidik melalui pengajaran. Dalam gereja mula-mula, pengajaran adalah pelengkap utama untuk menginjili.

- Mereka mendidik di dalam pertemuan-pertemuan yang mereka adakan, seperti dirumah-rumah.

- Mereka mendidik di dalam keluarga.

- Mereka mendidik melalui kebaktian-kebaktian

- Mereka mendidik di dalam sekolah-sekolah kateketikal, seperti sekolah Alexandria


Perkembangan Setelah jemaat mula-mula

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Kristen, maka penting bagi untuk mengetahui buah pikiran dari para tokoh-tokoh PAK mengenai PAK, yaitu:

a.

HiHeronimus (345-420), PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan. Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di surga sempurna (Mat. 5:48). [5]

b.

AgAgustinus (345-430), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya “melihat Allah” dan “hidup bahagia”. Dalam pendidikan ini para pelajar sudah diajar secara lengkap dari ayat pertama Kitab Kejadian “ Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” sampai “ arti penciptaan itu pada masa gereja sekarang ini”. Pelajaran Alkitab difokuskan pada perbuatan Allah.[6]

c.

EEErasmus (1400 -1500) seorang sarjana Belanda yang hidup pada abad ke 15 dan 16. Dia menterjemahkan PB dari bahasa Yunani. Dia menyatakan bahwa setiap orang harus diberi kesempatan untuk membaca Alkitab sendiri.

d.

MMartin Luther (1483-1548), PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.[7] Dia berkotbah dan sering menulis tentang pentingnya pendidikan. Dengan keras ia menegur para orang tua agar mereka mendidik anak-anaknya. Dia menantang pemerintah untuk mendukung program wajib belajar. Dia juga berkata, bahwa seseorang jangan menikah sampai mereka mampu untuk mengajar anak-anak mereka dalam keagamaan dan menjadikan mereka oang-orang Kristen sejati. Untuk Negara dia berpendapat bahwa Negara harus menjadi agen pendidikan yang memajukan pengajaran-pengajaran gereja.

e.

PPPhilip Melancthon memperbaiki pendidikan, dia mempengaruhi perkembangan universitas Wittenberg, di Jerman, selama 42 tahun dia bekerja di sana. Dia memperbaiki hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, sedangkan Luther lebih khusus memperbaiki hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Philip menulis tata bahasa Latin, bersamaan dengan bahan bacaan dalam retorika, etika, dan theologia. Dia dianggap sebagai pendidik, maha guru Jerman. Sangat jelas dia adalah pemimpin kebangkitan Protestan dalam pendidikan yang terkenal.

f.

JJJhon Calvin (1509-1664), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja (kaum muda) agar mereka: 1). Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus; 2). Mengambil bagian dalam kebaktian dalam puji-pujian dan memahami keesaan gereja; 3). Diperlengkapi untuk memilih cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.[8] Jadi dapat disimpulkan rumusan PAK menurut Jhon Calvin adalah pemupukan akal orang-orang percaya dan anak mereka dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja, sehingga dalam mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinambung yang diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.[9]

g.

JJJohn Knox memprakarsai pendidikan hari Minggu. Dia berasal dari Skotlandia, menganjurkan agar kegiatan keagamaan pada hari Minggu seluruhnya dipusatkan pada kebaktian dan pendidikan. Knox juga menunjukkan bahwa ajaran-ajaran agama, prinsip-prinsip agama Kristen, harus diajarkan kepada anak-anak, pelayan-pelayan dan keluarga di dalam setiap rumah tangga. Dia memerintahkan kepala keluarga setiap rumah tangga untuk mengajar mereka yang ada di dalam rumah tangganya.


h. Ulrich Zwingli (Switzerland) mendukung pengindoktrinasian anak-anak. Dia percaya bahwa ketika kebenaran masuk ke dalam kesadaran orang-orang, maka kegiatan Iblis akan dihancurkan. Pendidikan harus bergantung pada Kitab Suci. Dia menulis buku berjudul ”Pendidikan Kristen untuk Kaum Muda”.


i. C.l.J. Sherrill (1892-1957), PAK adalah pendidikan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pelajar, sehingga mereka siap menjumpai dan menjawab Allah, memperlancar komunikasi secara mendalam antarpribadi tentang keprihatinan insan serta mempertajam kemampuan menerima fakta bahwa mereka dikuasai kekuatan dan kasih Allah yang memperbaiki, menebus, dan menciptakan kembali.[10]

j. C

CCCampbell Wyckoff (1957), PAK adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya, keadaannya, bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap percaya pada pengharapan Kristen.[11]

k.

EEE.G. Homrighausen, dalam Konfrensi Kajian PAK di Sukabumi (1955) arti yang sedalam-dalamnya dari PAK adalah bahwa dengan menerima pendidikan itu semua pelajar, muda dan tua memasuki persekutuan iman dan oleh dia terhisap pula pada persekutuan jemaat yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat.[12]

l.

WWerner C. Graendorf (1976), PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi pada tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.[13]

m.

PPPaulus Lilik Kristianto, menyimpulkan definisi PAK menurut Werner C. Granedorf ke dalam tiga aspek utama PAK yaitu: 1. Aspek deskripsi PAK, yaitu PAK merupakan pengajaran dan pembelajaran berdasarkan Alkitab, berpusatkan Kristus, dan bergantung pada Roh Kudus. Pembelajaran berarti pembangunan pribadi menuju kedewasaan. Sedangkan pengajaran berarti penyandian dan dorongan bagi pembelajaran efektif. 2. Aspek fungsional PAK, yaitu PAK berusaha membimbing setiap pribadi ke semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran PAK masa kini. Proses PAK ditujukan kepada setiap pribadi seperti pelayanan Kristus (Yoh. 1:43).PAK berfungsi sebagai penyedia, pendorong, dan fasilitator dalam pembimbingan. 3. Aspek filosofi PAK, yaitu PAK merupakan pembelajaran dan pengajaran yang berpusatkan Kristus, sang Guru Agung, dan perintah untuk mendewasakan murid. Jadi dapat dikatakan PAK yang alkitabiah harus berdasarkan diri pada Alkitab sebagai firman Allah dan menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya, dan harus bermuara pada hasilnya yaitu mendewasakan murid.[14]

n.

DDDewan Nasional Gereja-gereja Kristus di USA (1952), PAK adalah proses pengajaran agar pelajar yang semakin bertumbuh dan mempertimbangkan kehidupa sehari-hari. Dalam hal ini PAK memanfaatkan sumber pengalaman beragama yang diperoleh umat manusia sepanjang abad, agar menghasilkan gaya hidup kristiani.[15]

o.


SSSidang Raya Gereja Presbyterian USA (1947), PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar jemaat untuk menjadi murid Yesus Kristus. Mereka diharapkan dapat menemukan kehendak Allah, kemudian melaksanakannya di lingkungan setempat, nasional, dan internasional.[16]

p. Gereja Kongregasional, Evangelikal, reformed bergabung USA (1957), PAK adalah pendidikan yang bertujuan membawa orang ke dalam persekutuan Kristen, membimbing dalam iman dan panggilan Kristen, supaya menerima pengampunan dan kekuatan bagi kehidupan baru dari Allah dengan ucapan syukur dan ketaatan serta dimampukan bertumbuh secara matang sebagai pribadi Kristen dan menjadi orang yang setia melaksanakan panggilan gereja.[17]

q. B

BBBS. Sidjabat dalam buku “Strategi Mengajar” boleh mengatakan bahwa PAK artinya merupakan usaha dasar yang bertujuan dan bersahaja untuk membimbing dan memperlengkapi tiap individu dan kelompok menuju kedewasaan khususnya dalam cara berfikir, sikap iman, dan tingkah laku, dengan demikian PAK menuntut pikiran atau pemahaman serta pengelolaannya khususnya oleh guru PAK di sekolah (Kol. 1:28-29).


r. DDaniel Nuhamara dalam buku “Pembimbing PAK” menjelaskan elemen-elemen penting dari arti dan hakikat PAK, yaitu:

1. PAK itu adalah suatu usaha pendidikan. oleh karena itu, ia merupakan usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan, apapun bentuknya,.

2. PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dalam dimensi religius manusia, yaitu pencarian dan pengekspresian akan kehendak Allah.

3. PAK menunjuk kepada persekutuan iman (Kristen) yang melakukan tugas pendidikan agamawi .

4. PAK sebagai usaha pendidikan bagaimanapun juga mempunyai hakikat politis, artinya dalam PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual seorang di bidang kerohaniannya saja, tetapi juga mempengaruhi cara dan sikap mereka ketika menjalani kehidupan dalam konteks hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan.


Jadi dapat disimpulkan bahwa arti dari PAK adalah upaya yang dilakukan terus-menerus oleh siapapun (pribadi guru, keluarga, gereja, dan masyarakat) baik formal, non formal, dan informal dibawah pengaruh dan pimpinan Roh Kudus untuk mendidik, mengajar dan membentuk watak dan kepribadian seseorang sesuai dengan Alkitab agar mereka mengalami pertumbuhan dan kedewasaan dalam Kristus.



[1] Paulus Lilik Kristianto, ibid, hlm. 13.

[2] Tidwell, hlm. 11

[3] Paulus Lilik Kristianto, hlm. 17.

[4] Tidwell, hlm. 12-14

[5] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik PAK dari Plato sampai Ig. Loyola, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002), hlm. 111

[6] Ibid, hlm. 128

[7] Ibid, hlm. 342

[8] Ibid, hlm. 414

[9] Ibid, 314

[10] Ibid

[11] Ibid

[12] E.G. Homrighausen, dan I.H. Enklaar, Ibid, hlm. 26

[13] Werner C. Graendorf, Introduction to Biblical Christian Education, Chicago: Moody Press, 1988), pg. 16

[14] Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2006), hlm. 5

[15] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik PAK dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan PAK di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002), hlm. 530

[16] Ibid, hlm. 546

[17] Ibid, hlm.553

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...