Sabtu, 08 Agustus 2009

Menjangkau yang Tak Terjangkau

Tantangan Misi : Menjangkau yang Tak Terjangkau

(Lukas 8 : 26-39)


Misi merupakan tugas/panggilan gereja yang diamanatkan oleh Yesus Kristus Sang Kepala Gereja. Yesus berkata: Seperti Bapa mengutus Aku, demikianpun mengutus kamu ke dalam dunia. Dan ayat yang sangat terkenal Matius 28: 19-20, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu …”

Menjangkau yang tak terjangkau? Siapakah mereka? Mengapa disebut tak terjangkau? Jika anda diminta melayani seorang yang tidak anda kenal, orang yang dirasuk setan, orang yang gila dan telanjang, apa yang anda akan katakan dan lakukan? Mungkin saja anda akan berdalih dengan berbagai alasan, anda mungkin berkata: maaf, itu bukan spesialisasi saya, atau berkata itu terlalu berat bagi saya.

Yesus dalam pelayananNya tidak saja melayani orang-orang kota tetapi juga orang-orang desa (Mat.9: 34-37). Yesus tidak saja melayani orang-orang kaya, pintar atau yang berkedudukan tinggi dalam pekerjaannya. Akan tetapi Yesus juga banyak melayani orang-orang miskin, orang desa, orang-orang kecil yang tidak mampu atau kaum marginal. Yesus memberi perhatian khusus bagi mereka yang sangat terisolasi, bukan saja secara sosial, ekonomi, intelektual tetapi juga secara rohani. Mereka adalah orang-orang yang perlu “dijangkau” oleh Injil, mereka membutuhkan kasih, membutuhkan keselamatan dari Yesus Kristus.


Siapakah mereka yang tak terjangkau itu?

Tuhan Yesus dalam pelayanannya pernah melayani di daerah Gerasa yang terletak di seberang Galilea (Lukas 8: 26-39). Setelah Yesus tiba di sana, seorang laki-laki datang kepada Yesus; orang itu dirasuk Setan, sudah lama tidak berpakaian dan tidak tinggal di dalam rumah, tetapi di dalam pekuburan. Berdasarkan Luk.8:26-39, kita dapat mengetahui gambaran orang yang tak terjangkau, yakni:


1. Putus relasi dengan Tuhan.

Kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej.3) membuat manusia menjadi seteru Allah. Akibat dosa maka manusia menjadi putus relasi dengan Tuhan. Manusia hidup dalam perbudakan dosa, hidup di bawah kuasa dosa dan dibelenggu oleh Setan. Demikianlah kondisi orang Gerasa dalam Lukas 8. Dia mengalami keadaan yang sangat kritis (gawat darurat) tinggal menunggu kebinasaan. Tidak ada harapan sama sekali, sebab dia dalam kondisi tidak waras. Dia menjalani hidup yang tanpa arah. Mengapa? Karena sudah terpisah dari Tuhan dan sebaliknya dirasuki oleh Setan. Ini adalah keadaan yang mengenaskan. Tanpa Tuhan, hidup di bawah bayang-bayang maut yang mengerikan.


2. Putus relasi dengan sesama/lingkungan.

Kondisi orang tersebut bukan saja terpisah dari Tuhan, akan tetapi juga sudah tersingkir dari kehidupan masyarakat normal. Dia tidak lagi tinggal di rumah, tetapi di pekuburan (ay. 27). Ini adalah satu fenomena atau pemandangan yang tidak wajar. Di kota Jakarta saja misalnya, orang tinggal di kolong-kolong jembatan, atau di pinggir-pinggir kali, nampaknya sudah tidak wajar. Apalagi di pekuburan, benar-benar satu keadaan yang abnormal, hanya orang gila seperti orang Gerasa saja yang mau tinggal di tempat itu. Manusia dicipta sebagai makhluk sosial, yang seharusnya dapat membina relasi atau persekutuan dengan sesama. Akan tetapi tanpa relasi dengan Tuhan seseorang tidak mungkin dapat mengerti konsep lingkungan sosial dengan baik. Berdasarkan ayat 29b dapat disimpulkan bahwa ia benar-benar berbahaya untuk masyarakat sekitarnya. Dia sering dirasuk setan, karena itu dia harus dirantai dan dibelenggu agar tidak mengganggu ketenangan lingkungan. Dalam hal ini berarti lingkunganpun sudah tidak peduli dengan orang tersebut.


3. Putus relasi dengan diri sendiri.

Orang Gerasa tersebut tidak mengenali dirinya sendiri. Mengapa? Tentu karena keberadaannya (being) yang sudah rusak total; terpisah dari Tuhan dan dibelenggu Setan, sehingga tindakannya (doing) juga rusak. Oleh sebab itu dia berjalan di luar kesadaran. Setan telah menjadi motor di dalam dirinya. Dia sudah lama tidak berpakaian, bukan karena tidak ada pakaian, tetapi karena dia tidak tahu malu sama sekali. Tentu saja dia butuh pakaian, tetapi dia tidak tahu hal ini. Oleh sebab itu, dia membutuhkan pertolongan orang lain. Bagaimana seseorang dapat mengenali diri? Seseorang dapat mengenali diri dengan baik, sesorang dapat sadar diri, hanya apabila dia sudah berjumpa dengan Tuhan Yesus secara pribadi. Pengenalan akan Tuhan mendahului pengenalan akan diri sendiri.

Inilah kondisi nyata yang dialami oleh orang Gerasa tersebut. Yesus datang untuk mencari orang-orang yang terhilang, orang yang tidak kenal Tuhan dan tidak kenal diri. Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: Apa urusanMu dengan aku, Hai Yesus Anak Allah yang Mahatinggi?... Lalu Yesus memerintahkan Setan yang bernama Legion itu keluar dari orang itu (Mat.8: 28-33). Puji Tuhan! Orang Gerasa itu akhirnya mendapatkan pemulihan total di dalam Yesus.


Siapa yang mau menjangkau ?

Di lingkungan kita atau di bangsa kita, masih begitu banyak orang yang belum terjangkau. Pertanyaannya, siapa yang terbeban, siapa yang mau pergi menjalankan misi Tuhan? Apakah anda dan saya mau pergi? Atau kita menutup mata hati kita dan berkata, ku ingin tetap di sini menikmati baitMu. Tuhan memang mengundang kita untuk datang kepadaNya, tetapi Tuhan juga menantang kita untuk pergi bagi Dia, demi kemuliaanNya. Ingatlah bahwa hati Yesus ada pada orang-orang yang terhilang atau orang yang tak terjangkau. Bagaimana dengan anda, di manakah hatimu?

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...