Senin, 27 Februari 2012

METAFORA GEREJA

METAFORA ATAU KIASAN TENTANG GEREJA

Gereja yang sesungguhnya adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus (organism), gereja sejati tidak menunjuk kepada gedung (organisasi). Gereja disebut sebagai orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan yang ajaib (bhs yunani: ekklesia).
1 Petrus 1: 2 memberi pengertian yang komplit tentang gereja yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya.  Jadi gereja ada karena kedaulatan dan kasih Allah Tritunggal.
Pada kesempatan ini, kita akan lebih khusus mendalami tentang, metafora atau kiasan tentang gereja yang dinyatakan di dalam Alkitab. Hal ini akan menolong kita untuk lebih jelas mengerti siapa kita (gereja) dan apa peran kita di dalam dunia ini.

1. Gereja sebagai Tubuh Kristus  (Ef 1:22-23; 4:16, I Kor.12: 12-31)

 Gereja disebut sebagai tubuh Kristus, dan Kristus adalah Kepala. Ada beberapa makna yang dapat kita pahami dalam kiasan ini:
-    Relasi yang tidak terpisahkan antara Kristus dan JemaatNya. Catatan:  Jika keadaan terpisah berarti mati secara rohani. Tubuh tanpa kepala sama dengan mayat. Demikianlah gambaran orang yang berada di luar Kristus. Sangat menyedihkan. Semua orang butuh Yesus.
-    Gereja sebagai Tubuh Kristus, bertujuan untuk menyatakan kemuliaanNya di dunia ini. Gereja harus menjadi pemberita Injil Kerajaan Allah (bnd. Mat.24:14, Injil harus diberitakan seluruh dunia). Ini adalah hak istimewa bagi gereja.
-    Gereja sebagai tubuh Kristus, hidup, bertumbuh, menjadi dewasa jika bergantung sepenuhnya kepada Kristus.
-    Kristus memberikan karunia pelayanan kepada setiap anggota, agar dapat saling menopang dan saling membangun.
-    Sebagai satu tubuh, maka di dalamnya ada persekutuan (koinonia) yang dibangun di atas dasar kasih.
-    Hati-hati dengan faktor penghambat: anggota yang tidak berfungsi karena sifat acuh dan tidak bertanggung jawab, menyepelekan yang kecil, ada yang aktif mengkritik tapi pasif berbuat baik.

2. Gereja sebagai Keluarga Allah (Ef 2:19-20)

Ada kalimat yang menarik dalam bukunya Rick Warren, The Purpose Driven Life, yakni bahwa kita dibentuk untuk menjadi anggota keluarga Allah. Allah menjadi Bapa kita sampai selama-lamanya.
Sebagai keluarga Allah, kita memperoleh:
•    status anak Allah (Yoh.1:12). Sebagai anak kita  diberi kuasa. Kuasa (exsosia) sebagai anak yang sah secara hokum dan Kuasa (dunamos) dalam menjalankan perintahNya khususnya memberitakan Injil.
•    pemeliharaan Allah (I Petrus 5:7, Fil.4:18-19)
•    warisan  sorgawi atau kekayaan rohani (Ef.1:3,18)
Sebagai keluarga Allah di dalamnya terjalin hubungan yang penuh kasih mesra, saling mengampuni satu dengan yang lain (Ef.4: 32, Fil. 2: 1-4).
Keluarga Allah dibangun di atas dasar rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef.2:20). Rasul-rasul adalah penerus ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru. Nabi-nabi adalah penyambung lidah Allah dalam Perjanjian Lama. Untuk kita bisa memahami PL secara baik, kita harus memahami PB lebih dahulu. Dengan kata lain, untuk bisa memahami isi Kitab Suci secara keseluruhan, harus berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus.
Ada orang tertentu memahami iman rasuli (apostolic faith) sebagai karunia menyembuhkan penyakit, mengusir setan, baptisan Roh Kudus, dan berbahasa roh. Padahal itu semua hanyalah tindakan rasuli (phenomenon apostolic).
Gereja yang benar harus berorientasi pada iman dan ajaran rasuli bukan fenomena. Ingat bahwa iman sejati harus berlandaskan Firman. Tapi perlu diperhatikan bahwa semua pengajaran maupun pengalaman rohani haruslah berpusat kepada Yesus sebagai batu penjuru gereja. Di dalam 1 Petrus 2: 4-8, ada penegasan bahwa Yesus adalah batu penjuru dan setiap orang yang percaya kepada Yesus menjadi batu yang hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani. Yesus disebut sebagai  batu penjuru yang kokoh bagi orang percaya, namun akan menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi orang tidak percaya.

3. Gereja sebagai Mempelai Wanita Kristus (2 Kor 11:2; Wah 19:7)

Kiasan ini berakar dalam Perjanjian Lama: Israel disebut mempelai perempuan Allah (Yes 54:5-8; 62:5; Yer 2:2). Sayang Israel tidak setia (Yer. 3:1-25; Yeh. 16:1-63).
Yesus memakai kiasan yang sama dengan menyebut diri-Nya mempelai laki-laki yang kehadiran-Nya di antara tamu-tamu pesta pernikahan (Mark. 2:18-20). Kristus mewujudkan kasih Allah sebagai suami bagi gereja dengan ungkapannya yang paling mulia yakni pengurbanan diri-Nya bagi gereja, agar gereja dapat dipersembahkan kepada mempelai laki-laki surgawi  ”dengan cemerlang tanpa cacat atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tak bercela” (Ef. 5:25-27).
Ekspressi Kasih Kristus kepada Gereja bisa dilihat dalam 3 dimensi waktu:
Past -- Ef 5:25 : telah menyerahkan diriNya
Present – Ef. 5:26, 29 : terus menguduskan, mengasuh dan merawat gereja
Future – Ef. 5:27 (c.f. Rev 19:7-) : diundang dalam perjamuan Anak Domba

Demikianlah Yohanes melihat tujuan gereja pada masa mendatang: “hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantinNya telah siap sedia”. Klimaks nubuatnya menyingkapkan “kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya” (Why. 19:7; 21:2).
Kiasan ini menggarisbawahi hal bahwa hubungan Allah dengan umat-Nya adalah berupa kasih total. Ia telah memilih dan menebus umat-Nya karena keinginan-Nya terhadap dia, objek kasih abadi-Nya. Kiasan ini juga menghadapkan kita pada tanggung jawab beribadah dengan tulus ikhlas; dan menyadarkan kita bahwa kasih dan kesetiaan kepada hal-hal lain, apalagi ambisi dan minat pribadi, sangat gawat. Kasih Allah begitu mendalam sehingga tidak dapat mentoleransi kasih tandingan. Gereja harus hidup dalam kekudusan.

4.    Kawanan domba Allah

Israel merupakan kawanan domba Allah (Maz. 23;  95:7; 100:3). Ketika pemimpin-pemimpin Israel atau “gembala” gagal menjaga kawanannya, Allah menyatakan keprihatinan-Nya, ”Aku sendiri akan menggembalakan domba-dombaKu” (Yeh. 34:15). Yesus menjadikan pelayanan penggembalaan itu sebagai tugas-Nya sendiri (Yoh. 10:1-30). Ia adalah Gembala Agung umat Allah (1Pet. 5:4; 2:25; Ibr 13:20), yang memberikan nyawa- Nya untuk mereka (Yoh. 10:11).
Kini Ia mengutus pelayan-Nya sebagai ”pembantu gembala” untuk menjaga kawanan domba Allah (Yoh 21:17; Kis 20:28-30; 1Pet 5:1-3). Kiasan ini menitikberatkan ketergantungan sepenuhnya dari gereja kepada gembala dan Tuhannya, rahmat dan kasih-Nya, dan tanggung jawab-Nya untuk membina, melindungi dan memelihara umat-Nya (Yoh. 10:2-15).
Waspada terhadap gembala upahan yang tidak peduli kepada domba-domba, mau cari aman sendiri, lari dari tanggung jawab.

Dan masih banyak metafora lain yang  menggambarkan tentang gereja, seperti:

-    Ranting-ranting pada pokok anggur (Yesus), Yoh.15:5.
-    Rumah rohani yang sedang dibangun dengan batu-batu hidup (= orang-orang percaya), 1 Pt.2:5, di atas dasar batu penjuru Kristus, 1 Pt.2:4-8.
-    Imamat kudus yang mempersembahkan persembahan rohani, 1 Pt.2:5.
-    Tiang penopang dan dasar kebenaran, 1 Tim.3:15.

Kita tidak boleh mengutamakan satu metafora, dan melupakan metafora-metafora yang lain.
Setiap metafora dapat menolong kita untuk menghargai dan menilai tingginya kekayaan kasih karunia yang Allah anugerahkan kepada kita dengan mengumpulkan kita di dalam gereja. Metafora pengantin perempuan Kristus harus mendorong kita untuk hidup lebih kudus dan lebih mengasihi Kristus dan takuk kepada-Nya. Metafora ranting-ranting pada pokok anggur harus menolong kita untuk hanya bergantung kepada Kristus dan mencari kelegaan pada Dia. Metafora rumah Allah (Bait Allah yang baru) harus menyadarkan kita akan kehadiran Allah sendiri di tengah-tengah kita pada saat kita berkumpul. Metafora imamat harus menolong kita untuk melihat lebih jelas kesenangan Allah dalam korban-korban syukur kita dan perbuatan-perbuatan baik yang kita persembahkan kepada Dia (lihat Ibr.13:15-16). Metafora tubuh harus menyadarkan kita bahwa kita orang Kristen merupakan kesatuan yang saling bergantung satu sama yang lain, dan harus membuat kita menghargai keanekaragaman karunia-karunia di dalam satu tubuh itu.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...