KETIDAKTERBATASAN
TUHAN YANG BAIK
MAZMUR
139: 1-24
Pendahuluan
Tuhan kita adalah
Tuhan yang tidak terbatas. Tuhan tidak ada batasnya dan juga bahwa kita tidak
dapat membatasi Dia. Dengan demikian, Tuhan bebas dari batasan-batasan yang
diberikan oleh manusia. Alkitab menyatakan bahwa Allah itu roh, Dia kekal, maka
sebagai ciptaan yang terbatas, kita tidak dapat memahami sepenuhnya tentang
Allah. Namun demikian, kita sudah menerima penyataan (revelation) tertulis yang dapat menuntun kita kepada pengenalan akan
Tuhan yang tidak terbatas, yakni Alkitab yang adalah Firman Allah.
Berkaitan dengan Tuhan yang tidak terbatas
(Ketidakterbatasan Tuhan), mari kita belajar dari Mazmur 139, ada 3 hal yang
menjadi penekanan penting, yakni:
1. Pengetahuan Tuhan yang tidak terbatas atau Kemahatahuan
Tuhan (OMNISCIENCE)
Daud si pemazmur memulai Mazmur 139 dengan
sebuah pengakuan atau credo, bahwa
Tuhan itu mengetahui semuanya (ay 4). Dalam istilah Latin sering disebut dengan
Omniscience, yang berarti bahwa Tuhan
mengetahui semua hal. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang Ia tidak tahu,
termasuk apa yang akan manusia pikirkan dan katakan (ay. 1-4). Ada banyak bukti
Alkitab berkaitan dengan kemahatahuan Allah; Penulis Amsal mengatakan bahwa
mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik
(Ams.15:3). Yesus mengatakan bahwa tidak ada seeokor burung pipitpun yang akan
jatuh ke bumi di luar kehendak Bapa (Mat. 10:29), dan bahkan rambut di kepala
kita pun juga terhitung oleh Tuhan (Mat.10:30). Lebih lanjut penulis Kitab
Ibrani menegaskan bahwa, ‘tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di
hadapanNya…segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia yang
kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr.4:13). Kita juga perlu mengetahui bahwa Tuhan selalu
bertindak dengan bijaksana sesuai dengan natur kebaikanNya. Allah mahatahu, Ia
tidak hanya mengetahui apa yang terbaik bagiku, namun dalam kebaikan hatiNya,
Ia juga menghendaki apa yang terbaik bagiku. Pemazmur berkata bahwa segala
perbuatan Allah dilaksanakan dengan penuh kebijaksanaan (Mzm. 104: 24). Ketika kita bertindak, kadang-kadang kita
bertindak tidak bijaksana karena kita tidak mengetahui semua fakta. Di kemudian harilah baru kita ketahui bahwa
ternyata tindakan kita itu ceroboh. Pandangan
manusia bisa dan sering keliru bahkan ada yang menyesatkan. Itu menunjukkan
bahwa pengetahuan kita terbatas. Otak manusia sangat terbatas, sehingga
sekalipun sudah menjadi professor doctor, tetap tidak mampu memahami pikiran
Tuhan secara tuntas. Saudara, Daud menyadari keterbatasan dirinya, sehingga dia
berkata terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku
mencapainya (ay.6). Paulus juga berkata
dalam Roma 11: 33, “O alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami
jalan-jalanNya”. Tetapi sungguhpun keputusan Tuhan tak terselidiki, hal itu
tidak boleh menimbulkan keputusasaan bagi kita yang percaya, sebab Tuhan
sanggup memberikan kita hikmat dan pengetahuan sesuai kehendakNya. Contohnya, Daniel diberikan kepintaran 10 kali lebih
dari teman-teman yang lain. Terlebih bagi kita yang sudah di dalam Kristus, Ia
akan memimpin kita ke dalam seluruh
kebenaran, itu adalah janji Tuhan (Yoh.16:3). Keterbatasan pengetahuan kita,
membuat kita senantiasa sadar dan rendah hati, pakailah ilmu padi, makin berisi
makin merunduk.
2. Kehadiran Tuhan yang tidak terbatas atau Kemahahadiran
Tuhan (OMNIPRESENCE)
Alkitab menyaksikan bahwa Tuhan tidak
terbatas kehadiranNya, dalam bahasa Latin disebut Omnipresence yang berarti
tidak ada sesuatu yang bisa membatasi kehadiran Allah, kapan saja dan di mana
saja. Omnipresence berkaitan dengan kebesaran Allah yang tak terhingga.
Pemazmur berkata, “kemana aku dapat pergi menjauhi rohMu, kemana aku dapat lari
dari hadapanMu. Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana, jika aku menaruh
tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun engkau (ay.8). Itu berarti bahwa
kehadiran Tuhan tidak bisa dibatasi oleh ruang atau tempat dan waktu. Allah
tidak tunduk pada batas-batas ruang, Dia tidak hadir hanya di satu tempat atau
di satu lokasi tertentu. Paulus berkata, Allah tidak tinggal di dalam kuil
buatan manusia, karena Dia adalah Tuhan atas langit dan bumi; Dialah yang
menciptakan dunia dan segala isinya (Kis.17: 24-25). Tempat tidak bisa
mengurung Allah. Waktu juga tidak mempengaruhi Allah. Allah sudah ada sebelum
ada waktu. Sehingga kita tidak perlu bertanya, berapa umur Allah? Itu
pertanyaan yang tidak tepat. Daud mengakui kebesaran Allah, kemahahadiranNya di
segala tempat dan di segala waktu dan lebih jauh Yesus meneruskan konsep ini
ketika memberikan Amanat Agung, supaya muridNya bersaksi di mana-mana bahkan
sampai ke ujung bumi dan Dia akan menyertai mereka sampai ke akhir zaman (Mat.28:19-20).
Dengan demikian, Yesus sedang menunjukkan bahwa Dia tidak dibatasi oleh ruang
atau oleh waktu. Berbeda dengan
dewa-dewa sembahan bangsa-bangsa lain, yang dahulu ada, sekarang sudah tidak
ada. Elia pernah mengejek musuhnya
ketika Baal tidak menjawab, Panggillah lebih keras, mungkin ia merenung, atau
lagi sibuk, mungkin Baal sedang bepergian atau tertidur (bnd. 1 Raj. 18:27) .
Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang kekal yang melampaui ruang atau tempat dan
waktu. Implikasinya bahwa penyembahan
kita kepada Tuhan bisa kapan dan di mana saja, dan kita tidak bisa bersembunyi
dari Allah. Dari pada bersembunyi, lebih baik datang kepada Tuhan dan berkata,
Tuhan ini aku, baharuilah aku, pimpinlah di setiap waktu dan disetiap tempat,
di rumah, di kantor, di pelayanan dan di mana saja, untuk melakukan amanatMu.
Akan sangat menyenangkan jika kita bisa beribadah kepada Tuhan tanpa takut,
dalam kekudusan dan kebenaran di hadapanNya seumur hidup kita (bnd. Luk.1:
74-75), seperti nyanyian pujian Zakharia.
3. Kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas atau Kemahakuasaan
Tuhan (OMNIPOTENCE)
Akhirnya, ketidakterbatasan Tuhan dapat
dilihat dari kemahakuasaanNya, yang disebut sebagai omnipotence. Artinya bahwa
Tuhan berkuasa atau mampu melakukan
segala sesuatu yang merupakan tujuan yang pantas dari kekuasaanNya. Alkitab
menyatakan bahwa salah satu nama sebutan bagi Tuhan adalah El Shaddai
(Kej.17:1). Dia adalah Allah yang
mahakuasa. Kemahakuasaan Tuhan nyata di dalam Alkitab mulai dari penciptaan,
pemeliharaan terhadap ciptaanNya, bahkan melakukan perkara-perkara ajaib yang
mustahil bagi manusia. Tuhan berfirman: adakah sesuatu apapun yang mustahil
untuk Tuhan? (Kej.18:14). Meskipun Sara dinyatakan mandul, tapi akhirnya Tuhan
menggenapi janjiNya melalui Sara. Masih
banyak contoh di Alkitab tentang kemaha kuasaan Tuhan, Ia juga berkuasa
mengendalikan sejarah, musim-musim, bahkan yang lebih spesifik manusia yang
berdosa, bisa diampuni, yang keras bisa
diubahkan oleh Tuhan yang maha kuasa itu. Allah itu berkuasa untuk melakukan apa
yang dikehendakiNya. Rasul Paulus
menegaskan bahwa Yesus yang adalah Tuhan memiliki kuasa di surga, bumi bahkan
di bawah bumi (Fil.2:9-10). Pemazmur mengakui kemahakuasaan Tuhan. Tuhan
berkuasa menuntun kita (ay. 10). Kita memiliki fisik yang terbatas karena itu
kita membutuhkan kekuatan Tuhan. Kita memiliki finansial yang terbatas
melakukan misiNya, tapi kita memiliki Tuhan yang berkuasa mencukupkan apa yang
kita perlukan. Kita lemah dan terbatas dalam banyak hal, namun kita bersyukur
memiliki Tuhan yang baik yang tidak terbatas pengetahuanNya, kehadiranNya dan
kuasaNya.
Penutup
Sebagaimana Daud sang pemazmur mengakui
ketidak terbatasan Allah, mari kita juga mengaku dan percaya bahwa Allah kita
adalah Allah yang hidup yang tidak terbatas. Pengakuan akan ketidakterbatasan
Allah, membawa kita kepada kesadaran diri yang terbatas, karena itu harus
bergantung kepada Tuhan. Bagi kita orang percaya, tidak ada pilihan lain yang
terbaik, selain dari pada bersyukur, berserah dan taat seumur hidup kepada
Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar