Sabtu, 08 Agustus 2009

I AM NOT READY (?)

I am not ready (?)

Refleksi Panggilan Yeremia berdasarkan Yeremia 1: 4-10


1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:

1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."

1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.

1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."

1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.

1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."


Latar belakang Panggilan

Sejarah pelayanan Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun, dari saat ia dipanggil pada tahun ke-13 pemerintahan raja Yosia (626 sM) sampai jatuhnya Yerusalem th 587 sM. Selama 40 tahun ia bernubuat pada pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir, yaitu Yosia, Yoahas, Yoyakin, Yoyakim dan Zedekia. Waktu Yeremia dipanggil menjadi nabi, ia masih na’ar (muda), yang berarti masih belia (1 Sam.30:17), belum dewasa secara rohani dan sosial.


Bukan Panggilan kebetulan (ay.4-5)

Firman Allah datang kepada Yeremia: Sebelum Aku membentuk Engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal…, Aku telah menguduskan…, Aku telah menetapkan (ay.4-5). Menarik sekali bagian ini jika kita amati dengan seksama.


Siapa yang memanggil? Allah

Siapa yang dipanggil? Yeremia

Siapakah Allah, siapakah Yeremia?


Pernyataan Aku membentuk engkau menunjuk pada pemeliharaan dan keahlian seorang tukang periuk. Tukang periuk yang sedang bekerja adalah salah satu gambaran favorit Allah tentang diriNya (band. Kej.2:7). Gambaran ini meneguhkan kita pada tempat kita yang sebenarnya, yakni sebagai tanah liat yang tidak berhak mencela si pembentuk (lihat Yer.18:1-12). Gambaran atau hubungan antara tanah liat dengan tukang periuk bersifat total defendence (bergantung secara total, mutlak) kepada Allah. Dalam ayat 5, kita diperkenalkan tentang Allah sebagai Pencipta yang tidak terbatas (omni potent, omni science, omni presence). Sedangkan Yeremia (manusia) sangat terbatas sebagai ciptaan yang dibentuk oleh Allah. Allah membentuk manusia dengan sempurna, diperlengkapi dengan pengetahuan serta potensi untuk dapat berkreasi.

Panggilan Yeremia, adalah panggilan yang pasti dan jelas, bukan suatu kebetulan. Saya meyakini bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini, tidaklah merupakan kebetulan, akan tetapi ada dalam pengetahuan Allah. Dalam hal panggilan ini, Allah memperkenalkan DiriNya kepada Yeremia, sekaligus karyaNya bagi Yeremia:


Aku membentuk… Allah Pencipta, Perancang hidup, kita tidak ada dengan sendirinya

Aku telah mengenal…Allah mengetahui keterbatasan kita

Aku telah menguduskan…Allah memisahkan, mengkhususkan, melayakkan kita

Aku telah menetapkan…Allah tidak salah pilih dan tidak salah menempatkan


Master plan Allah bagi Yeremia sangat rinci dan jelas. Peran Allah mendahului peran Yeremia. Poin-poin di atas menghubungkan Yeremia pertama-tama kepada Tuhan, baru kemudian kepada dunia/bangsa-bangsa. Allah yang menjadi pusat hidup dan panggilannya. Inilah adalah panggilan khusus pelayanan.


Respon Yeremia (ay.6)

Yeremia berkata: Ah Tuhan Allah, aku ini tidak pandai bicara (tidak tahu mau bicara apa). Ini adalah respon awal Yeremia terhadap panggilan Allah. Yeremia berkata, aku masih muda. Aku belum siap Tuhan (I am not ready, Lord). Mulutku ini belum beres. Aku belum ada pengalaman. Jangan aku Tuhan. Keengganan Yeremia menerima panggilan itu paling tidak menjadi satu modal: kelak ia tidak bisa menyalahkan dirinya sebagai orang yang mementingkan diri sendiri atau supaya bisa menikmati kesempatan menimbulkan ketakutan dalam diri orang lain. Hal ini berkaitan dengan tugas yang akan diembannya sebagai seorang nabi, yang harus menubuatkan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan bagi manusia. Kita juga kadang seperti Yeremia: ketika kita dipilih jadi panitia satu kegiatan, kita berkata: saya tidak mampu, saya sibuk dll. Kalau tetap dipilih juga, maka kita punya modal: jangan salahkan saya, dulu kan saya sudah bilang, bahwa saya tidak bisa.Atau sebaliknya kita merasa tidak pantas karena berkaitan dengan keberadaan secara fisik yang lemah, cacat, penyakit, minder/rendah diri atau malah kita sombong, melihat pekerjaan itu kecil dll, membuat kita berkata, jangan aku Tuhan yang jadi pengurus, jangan aku, itu tidak sesuai bidang atau jurusanku.

Namun, dalam hal ini kita perlu memikirkan bahwa Yeremia mungkin benar-benar menyadari ketidaklayakannya di hadapan Tuhan. Satu pengakuan yang jujur bahwa dia mengalami pergumulan untuk tugas berat yang akan dijalani.


Keharusan Panggilan (ay.7)

Kekuatiran Yeremia, dijawab Allah dengan mengarahkan Yeremia, supaya focus kepada tugas panggilan yang sudah ditetapkan Allah. Allah tidak mau kompromi dengan manusia. Apa yang dikatakan Yeremia tentang dirinya mungkin benar (Allah tidak menyangkalnya) tetapi bukan itu inti permasalahan. Pertanyaan “Siapakah aku ini, sehingga aku harus melakukan hal ini?” bukan lagi pertanyaan yang tepat. Tetapi sekarang harus bertanya “Apa yang harus kulakukan?” Jadi pertanyaan “Who am I” memang penting, tapi jauh lebih penting “What I should do”.

Panggilan itu adalah suatu keharusan untuk menjalankan mandat Allah di dalam dunia ini. Allah memanggil kita bukan hanya untuk datang kepadaNya, melainkan Allah juga memanggil kita untuk pergi bagi Dia. Kita mau agar hidup kita di dunia ini menjadi garam dan terang. Kita rindu agar hidup kita yang sementara di dunia ini berdampak positif bagi orang lain. Karena itu jangan menyia-nyiakan kesempatan.Ada ungkapan yang menyatakan:

Orang biasa-biasa, menunggu kesempatan,

Orang bodoh, membuang kesempatan,

Tetapi orang pintar/bijaksana, mencari dan menggunakan kesempatan. Kita tidak tahu berapa lama kita hidup, dan jika kita diberi kepercayaan oleh Tuhan, itu adalah grace (kasih karunia). Bersyukurlah jika Tuhan masih memberi anugrahnya bagi kita.


Penyertaan Allah (ay.8)

Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa Yeremia ternyata memiliki ketakutan untuk berhadapan dengan bangsanya. Ini berkaitan dengan tempat tugas. Ada hamba Tuhan mau melayani setelah penempatannya sesuai dengan yang diharapkan. Kalau bertentangan dengan harapan, tunggu dulu. Nampaknya Tuhan salah pilih. Bukan aku Tuhan yang cocok disitu. Tidak masalah jika kita bertanya “Di mana tempat tugasku?”. Tetapi jauh lebih penting di mana kita berada Tuhan menyertai. Penyertaan Tuhan membuat kita merasa aman dan damai.


Pengutusan/penugasan Yeremia (ay. 9-10)

Pengutusan Yeremia, diawali dengan sentuhan (touch) yang lembut di bibirnya. Allah menjamah mulut Yeremia, menunjukkan otoritas ilahi dalam pengudusan diri. Yeremia mengakui kelemahannya, Allah memperlengkapi dia dengan perkataan-perkataan Firman yang kudus. Kekudusan adalah bagian penting dalam rangka pelayanan, sebab kita sedang melayani Allah yang maha kudus.

Ketahuilah pada hari ini, Aku mengangkat atau melantik engkau untuk melakukan misi-Ku. Kamu harus pergi kepada bangsa-bangsa, kerajaan-kerajaan untuk menyuarakan kebenaran, untuk mencabut dan merubuhkan, untuk membangun dan menanam.


Kesimpulan

Tuhan memiliki Visi yang jelas.

Tuhan mau memakai kita menjadi alatnya, Tuhan merekonsiliasi, Tuhan menguduskan kita.Tuhan menghendaki ketaatan kita menjalankan misiNya. Tuhan mau memakai kita bukan karena kemampuan yang kita miliki, melainkan karena anugrahnya. Tuhan mencari orang yang merasa diri mampu, tetapi Tuhan mencari siapa yang mau taat (bndk. 1 Tim.1:12). Jangan takut, Tuhan berjanji menyertai kita sampai akhir zaman.

Kunci Pelayanan: Penyerahan diri; berlutut dan berdoa dalam pelayanan.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...