Jumat, 31 Juli 2009

Manajemen Waktu

Manajemen Waktu

Konsep Mengenai Waktu

Pembicaraan tentang waktu adalah topik yang tetap relevan sepanjang zaman. Mengapa? Oleh karena kita hidup di dalam waktu, kita tidak bisa menahan waktu, kita bahkan tidak bisa melarikan diri dari waktu yang ada. Meski waktu tidak kelihatan wujudnya, tetapi nyata dan dapat dirasakan dampaknya. Pengkhotbah berkata: untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk melahirkan dan ada waktu untuk meninggal. Waktu untuk menanam dan waktu untuk mencabut, waktu untuk menangis, waktu untuk tertawa, waktu untuk berdiam diri dan waktu untuk berbicara dst. (Pengk.3:1-8). Apakah waktu itu? Bapak Gereja, Agustinus mengakui’ kalau ditanyakan pada saya, baru saya sadar bahwa saya tidak mengerti apa itu waktu. Seorang sastrawan Cina berkata: waktu adalah sesuatu yang tidak kelihatan, tetapi begitu nyata. Pada waktu kita berjalan, waktu itu lewat diantara kaki kita, waktu kita tidur, waktu lewat di sekitar tempat tidur. Golongan eksistensialisme mengatakan bahwa keadaan dari keberadaan akan ditelan oleh ketidak beradaan. Maksudnya, ketika waktu kita selesai, kita akan menjadi nihil. Tetapi ini bukan konsep Kristen.

Beberapa hal penting mengenai waktu:

- waktu merupakan suatu esensi proses di dalam dunia yang relative, waktu berkaitan dengan proses. Segala sesuatu yang berada dalam proses tidak bersifat mutlak.. Hanya Allah yang bersifat mutlak, karena Dia adalah Alfa dan Omega.

- Waktu merupakan harta milik yang bersifat paradoks dari eksistensi kita. Uang, rumah, mobil, emas dan segala sesuatu yang kita miliki merupakan harta milik diluar diri kita, tetapi waktu merupakan harta milik di dalam diri kita. Konsep waktu kita mengerti dengan jelas pada waktu kita mempunyai keadaan yang berelasi dengan Tuhan Allah.

- Waktu merupakan suatu realita yang berelasi dengan ruang atau wadah.

- Waktu merupakan kebutuhan bagi benda bergerak di dalam ruang.

- Waktu merupakan wadah untuk menampung segala peristiwa sejarah. Sejarah dicatat dalam buku, tetapi tidak ditampung dalam buku, melainkan di dalam waktu.

Di dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai untuk waktu ada dua, yaitu Kronos dan kairos. Kronos adalah urutan waktu, sedangkan kairos menunjukkan hakekat waktu, kesempatan yang tidak akan terulang. Ada pandangan oang-orang dunia mengenai waktu. Mereka sering berkata; Time is Money. Pepatah ini sebenarnya pepatah bodoh. Waktu bukan uang; kalau waktu adalah uang, maka kita bisa menukar waktu dengan uang? Tidak mungkin. Kalau waktu bukan uang, bagaimanakah kita memandang waktu? Pdt. Stephen Tong dalam bukunya (Waktu dan Hikmat) memberi beberapa pengertian tentang waktu:

  1. Waktu adalah hidup; berapa panjang hidup kita itulah panjangnya waktu kita; selesai hidup kita selesai pula waktu kita; berhentinya eksistensi kita ditentukan oleh berhentinya waktu yang ada pada kita. Maka kalau kita mencintai diri kita, cintailah waktu yang ada pada hidup kita sendiri, apa yang dapat kita kerjakan sekarang, jangan tunda sampai besok, lusa dst. Apa yang bisa kita pelajari di masa muda, jangan tunggu sampai tua. Banyak orang menyesal setelah tua, tapi tak ada guna.
  2. Waktu adalah kesempatan (kairos). Sebenarnya waktu lebih dari kesempatan, tetapi setiap kesempatan tidak mungkin berada di luar waktu. Semua kesempatan berada di dalam waktu. Ada ungkapan, orang bodoh selalu membuang kesempatan; orang biasa menunggu kesempatan; orang pandai (bijak) mencari kesempatan. Hidup kita hanya sekali; kita tidak kembali setelah mati. Sebab waktu tidak pernah terulang seperti lingkaran, tetapi waktu terus berjalan secara linear.
  3. Waktu adalah catatan; yakni catatan segala sesuatu di dalam pribadi kita masing-masing. Tidak ada yang lebih serius dibandingkan dengan waktu, karena segala sesuatu di catat dalam waktu; segala sesuatu akan dan harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Pencipta, Penebus dan hakim kita yang agung. Kita tidak mengetahui hidup kita di dunia berapa lama, marilah kita masing-masing menanyakan diri sendiri, sebelum saya pergi menuju kekekalan, apa yang sudah saya persiapkan dan yang akan saya persembahkan kepada-Nya?

Signifikansi Memanage Waktu

1. Beroleh hati yang bijaksana (Mzm.90:12)

Musa berkata: ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12). Musa menyadari benar bahwa hidup di dunia begitu singkat. Dia berkata: masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru dan kami melayang lenyap (mazmur 90:10). Kita mendapat pengajaran penting dari kehidupan Musa. Tahap hidupnya dapat dibagi dalam 3 periode/fase:

- Fase 40 tahun pertama, dia hidup sebagai pangeran yang tinggal di istana penuh kemewahan. Di dalam segala kehebatannya, Musa meninggikan diri dan berkata: I am something.

- Fase 40 tahun kedua, dia harus meninggalkan segala kemewahan dan kejayaan, karena telah bersalah membunuh seorang Mesir. Dia lari ke Midian dan harus hidup di padang menjadi seorang gembala kambing domba. Dia harus menjalani proses, sampai dia berkata: I am nothing, aku bukan apa-apa.

- Fase 40 tahun ketiga, setelah Musa menyadari keterbatasannya sampai pada titik nol, barulah Tuhan bekerja memberikan pengharapan kepadanya, sampai akhirnya harus mengaku: God is everything, Allah adalah segala-galanya. Hanya bergantung pada Tuhan dalam segala hal.

Di dalam Mazmur 90, kerinduan hati Musa yang terdalam adalah memiliki hati yang bijaksana. Dia tahu, hal ini hanya dapat dicapai jikalau manusia mengerti menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Hidup lebih berarti, lebih berhasil guna (Ef.5:15-16)

Rasul Paulus berkata; karena itu perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:15-16). Waktu adalah hidup dan juga kesempatan, maka tidak bisa disia-siakan. Perhatikan, jangan seperti orang bebal, orang yang tidak percaya Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan, tahu prioritas, apa yang harus di dahulukan. Orang Kristen, harus memiliki pikiran yang tidak hanya terfokus kepada hal-hal yang di sini dan kini, tetapi orientasi harus di sana dan bersifat kekal. Matius berkata; Tetap carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sayang sekali banyak orang mendahulukan “tambah-tambahnya”, sehingga melupakan sumber/pemberi tambah-tambah tersebut (baca; berkat).

Di dalam Efesus 5:16, terjemahan asli memakai kata tebuslah waktu... (redeeming the time). Jadi sekalipun kita tidak bisa membeli waktu, namun kita dapat menebus waktu kita dengan menghargainya. Bagaimana kita bisa menebus waktu?

  1. kita harus sadar, insaf dan mempunyai pengertian yang tepat bahwa waktu kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Kita perlu ada kesadaran akan eternity (kekekalan).
  2. kita bisa menebus waktu melalui pengentalan makna; berarti kita tidak mau hidup tanpa seleksi, menerima segala sesuatu.Kita perlu menyeleksi atau menyaring segala sesuatu yang kita kerjakan, yang tidak bermakna kita harus tolak. Sebenarnya ada banyak hal yang tidak perlu dibaca, banyak film yang tidak perlu ditonton, banyak musik yang tidak perlu didengarkan, dll, dengan demikian kita sudah hemat banyak uang dan waktu. Menebus waktu berarti kondesasi makna. Maksudnya, yang tidak perlu kita buang, yang penting, kita raih, kita olah baik-baik dan kita pelihara.
  3. Kita harus membedakan antara waktu dan momen. Kronos menunjukkan waktu yang berjalan secara mekanis, sedangkan kairos menunjukkan suatu saat (momen) di dalam waktu yang tidak akan kembali lagi. Kita tidak boleh membiarkan seolah-olah kita menjadi pasif dan waktu menjadi aktif, kita digeser oleh waktu. Tetapi kalau kita aktif dan waktu menjadi pasif, kita yang memperalat waktu, waktu dapat dijadikan momen dan setiap momen kita ubah menjadi nilai yang bersifat kekal (investasi bagi kekekalan).
  4. Kita harus menemukan titik pusat hidup kita. Titik pusat hidup kita bukan diri kita, bukan dunia melainkan Tuhan sendiri. Kita melakukan segala sesuatu hendaknya untuk memuliakan Dia, Sang pemberi waktu.

Sebagai anak-anak Tuhan kita diminta supaya bijaksana dalam mengelola waktu. Waktu itu begitu berharga. Mulailah untuk berdisiplin memakai waktu, tidak bermain-main dengan waktu, tetapi harus menghargai. Tuhan Yesus berkata: Selagi masih siang bekerjalah artinya selagi masih ada kesempatan jangan diam, jangan pasif tetapi bekerja. Tuhan memberi kita potensi dan daya kreasi untuk bertanggung jawab mengelola segala sesuatu di bumi ini. Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana Dia mempergunakan waktu menjadi kairos yang sangat berarti. Dia bekerja mempergunakan waktu malam melayani Nikodemus, Dia juga menggunakan pagi hari untuk berdoa, siang untuk melayani bahkan tengah hari dengan perempuan Samaria, sore atau petang melayani lima ribuan orang yang mengalami kelaparan. Artinya setiap waktu itu menjadi kairos dalam kehidupan pelayanan Yesus. Yesus tahu pada saat mana Dia harus berkata-kata dan kapan harus bertindak. Mengapa karena Dia memiliki bijaksana. Itu sebabnya Firman Tuhan berkata: hendaklah kamu arif atau bijaksana sehingga mempergunakan waktu sebaik mungkin.

Aplikasi praktis

Howard Hendricks dalam bukunya: Langkah-langkah Keberhasilan menguasai Waktu, menyatakan ada 6 prinsip untuk mengatur waktu:

  1. Mempunyai tujuan yang jelas; tujuan akan menentukan hasilnya.
  2. Milikilah rencana/planning yang rinci.
  3. Buatlah daftar kerja setiap hari (contoh: Mahasiswa membuat Rencana Kegiatan Belajar atau RKB)
  4. Tetapkan prioritas.
  5. Tanganilah suatu tugas hanya satu kali sampai tuntas. Belajarlah berkata ‘tidak’ untuk sesuatu yang kurang bermanfaat.
  6. Kembangkan perasaan memprioritaskan tugas, dengan prinsip: Lakukan sekarang!

Don’t wait till tomorrow what can You do today.


Catatan: artikel ini disarikan dari berbagai sumber buku.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...