Kamis, 02 Februari 2012

KESEJAHTERAAN KOTA

KELUARGA YANG MENGUSAHAKAN KESEJAHTERAAN KOTA
YEREMIA 29: 7

Pendahuluan
Tuhan membentuk keluarga Kristen untuk menjalankan mandatNya, baik mandat budaya maupun mandat ilahi. Keluarga Kristen tidak hidup untuk diri sendiri, tapi untuk menjadi berkat bagi orang lain. Blessed to be a blessing. Don Richardson menamakan ada dua jenis berkat yakni berkat top line (baris atas) dan berkat bottom line (baris bawah). Aku akan memberkati engkau dan olehmu semua bangsa akan diberkati (Kej.12: 1-3).

Berdasarkan Yeremia 29 mari kita belajar berkaitan dengan tema Keluarga yang mengusahakan kesejahteraan kota.

1.    Kepada siapa perintah ini ditujukan?

Waktu itu umat Yehuda berada dalam pembuangan di Babel. Tua-tua, imam-imam, nabi-nabi dan seluruh rakyat yang diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar (ay.1). Merekalah yang mendapat perintah ini. Di tengah kondisi sosio-politis yang menghancurkan harga diri seperti itu, Yeremia menasihati agar umat rela berpartisipasi dalam mengusahakan kesejahteraan bangsa. Alasannya, “kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu!” Alasan tersebut sangat realistis. Bukan demi kepentingan dan kebesaran umat itu sendiri saja, melain¬kan demi kelangsungan misinya sebagi umat Allah. Mencermati keberadaan umat kristen di negeri kita dalam konteks sosial-politik sekarang ini, mungkin kita cenderung berpikir, bahwa hidup serta persoalan-persoalan yang kita hadapi itu pada hakekatnya mirip dengan keadaan umat di masa Pembuangan Babel itu. Bukankah kita sering merasa telah dijadikan sasaran kebencian serta kemarahan banyak orang secara tidak beralasan? Demikian pula hak-hak kita sebagai warganegara tidak dihormati, tapi diabaikan dan bahkan ditiadakan. Atau kita merasa telah dijadikan “warga negara kelas dua”, yang secara tidak adil harus mengalami diskriminasi di berbagai bidang?
Kalau kita berpikiran demikian, nasihat Yeremia cukup relevan untuk kita jalankan. Berpartisipasilah dalam membangun bangsa. Berdoalah bagi masyarakat, agar damai sejahtera yang berdasarkan keadilan, kebenaran dan kasih semakin terwujud. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat, janganlah berpikir dan berbuat secara sempit dan eksklusif, demi kepentingan kelompok sendiri saja.

2.    Upaya untuk mensejahterakan kota

Secara Fisikal. Membangun kondisi social yang baik. Ay.5, dirikanlah rumah untuk kamu diami. Mereka diminta untuk tinggal dalam komunitas yang aman dan teratur. Mereka harus menganggap bahwa ini adalah alamatku yang jelas sekarang. Membangun perekonomian yang memadai. Ay.5b, buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya. Membangun etos kerja yang baik.  Bekerja untuk mendapat hasil dan menikmati hasilnya. Di tempat pengungsian, mereka tidak menunggu-nunggu bantuan sembako, kiriman dari pemerintah atau orang lain. Membangun keluarga yang sah (ay.6). Membangun rumah tangga/keluarga untuk mempertahankan eksistensi mereka. Semua itu adalah kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus mereka perjuangkan.. Lalu yang lebih luas, mengusahakan kesejahteraan kota (ay.7a). Namun yang harus kita perhatikan, sekalipun bangsa ini “dibuang”, Tuhan menginginkan bangsa ini tetap membawa kesejahteraan di kota di mana mereka berada.
Frasa “ke mana Aku buang” ini mengandung 2 arti yakni akan lebih mudah kita mencintai kota di mana kita berada. Perasaan cinta kita kepada kota lain tidak akan pernah lebih besar dibandingkan kota di mana kita berada. Sama saja dengan keluarga, kasih kita kepada keluarga kita harus lebih besar dibandingkan kasih kita kepada keluarga lain. Perasaan memiliki atas usaha kita lebih besar dibandingkan dengan orang yang berada di sebelah toko kita. Sudah pasti. Oleh sebab itu Tuhan menginginkan kita untuk menjangkau kota kita. Tidak mungkin kita mengatakan bahwa perasaan cinta kita kepada anak-anak tetangga lebih besar dibandingkan dengan anak kita sendiri. Adalah lebih mudah untuk mencintai orang-orang yang ada di kota kita, karena kita merasakan kebersamaannya dengan mereka. Perasaan sepenanggungan itu ada di tengah hidup orang-orang sekomunitasnya.
Belum lama ini, Jepang mengalami gempa bumi dan tsunami. Inilah perasaan cinta mereka yang tampak jelas ditunjukan oleh rakyat Jepang sendiri, salah satunya pemain sepak bola, Nagatomo, yang bermain untuk klub Eropa, Inter Milan. Sebelum pertandingan,  semua pemain dan penonton berdoa untuk Jepang. Setelah pertandingan, Nagatomo memegang bendera Jepang bertuliskan dalam bahasa Jepang dan juga bahasa Inggris: You will  never walk alone. Sementara di layar TV dituliskan dalam bahasa Jepang, Sora ha tsunagatteiru node (kimochi ha ) tsunagaru to omoimasu (Langit itu bersambungan/tidak terpisah, maka perasaan juga bisa tersambung ) (sumber: kompas.com).
Arti berikutnya yakni Tuhan mempercayakan komunitas dalam ruang lingkup di mana kita berada. Pada dasarnya kita adalah manusia yang dikotak-kotakkan. Artinya, kita punya komunitas sendiri dan komunitas kita berbeda dengan komunitas orang lain, begitu juga sebaliknya. Kita akan mengalami kesulitan untuk menjangkau yang bukan komunitas kita. Sekali pun bisa, namun dibutuhkan banyak hal, baik waktu, tenaga dan perhatian. Oleh sebab itu, Tuhan mempercayakan tempat di mana kita berada sebagai ladang yang harus kita garap untuk menghadirkan kesejateraannya. Bayangkan kalau kita ingin mensejahterakan sebuah kota yang letaknya sangat jauh dengan tempat tinggal kita, sekalipun kita bisa menjangkaunya namun harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk sekali dua kali mungkin kita bisa lakukan, namun bagaimana jika hal ini harus terus menerus kita lakukan, rasanya kita pun akan putus asa. Tuhan tidak menginginkan hal seperti itu. Tuhan sudah mempercayakan kota di mana kita berada. Pada saat kita bangun pagi dan membuka mata, ada anggota keluarga “kota” kita yang membutuhkan kesejahteraan atas kehadiran kita. Pada saat kita masuk dunia kerja “kota”, kita berhadapan dengan komunitas, baik atasan maupun bawahan yang membutuhkan kesejahteraan. Di mana saja dan ke mana saja selama kita beraktifitas, hadirkanlah kesejahteraan kota.
Secara Rohani. Berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan
Pada saat kita berdoa, sesungguhnya kita sedang memohon Tuhan untuk memimpin langkah agar kita tidak salah melakukan atau mengerjakan sesuatu. Pada saat kita berdoa, sesungguhnya kita mengungkapkan seberapa cinta, kasih, kepedulian kita kepada kota tersebut. Jika kita tidak pernah menangis untuk kota kita, jangan katakan bahwa kita cinta kota tersebut. Itu kebohongan besar. Seberapa banyak air mata yang kita cucurkan, itulah cinta kita buat kota tersebut. Jika kita tidak pernah meneteskan air mata buat kota kita, itu artinya kita tidak punya perasaan cinta buat kota tersebut. Doa harus menjadi langkah utama dan pertama bahkan langkah-langkah berikutnya. Mari doakan orang-orang yang ada di sekitar kita. Dosa terbesar adalah dosa pembiaran. Kita tahu, kita ada, kita melihat, kita mendengar: namun kita sepertinya tidak mau tahu, tidak melihat, tidak mendengar. Kita sepertinya nggak peduli dengan orang lain, sekalipun mereka hidup dalam dosa dan berjalan menuju kebinasaan. Suatu saat Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban dari karena kita telah menyia-nyiakan kesempatan tersebut padahal kita hidup bersama-sama dengan mereka. Jadilah Gereja yang membawa dampak bagi komunitas.

3.    Hasil dari usaha keras
-    Tuhan pasti senang.
-    Kota diberkati Tuhan menjadi sejahtera
-    Keluarga juga diberkati Tuhan, mengalamai damai sejahtera. Mereka berhasil menjalankan misi Tuhan menjadi berkat bagi bangsa lain.


Aplikasi:
-    Di manapun Tuhan menempatkan kita atau di manapun kita berada di sana kita harus menjadi berkat. Tetap menjadi berkat.
-    Tuhan membentuk kita secara pribadi melalui komunitas, tapi Tuhan juga bisa memakai kita dalam pembentukan komunitas. Senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, bahkan percaya atau tidak percaya; Tuhan mempercayakan kita untuk membawa kesejahteraan kota di mana kita berada. Gereja harus membawa pengaruh. Salah satunya adalah menghadirkan kesejahteraan bagi kotanya. Apa yang dimaksud dengan kota? Kota berbicara tentang sistem baik itu ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pendidikan, dan lain sebagainya. Namun sistem itu tidak akan bergerak jika tidak ada orang yang menggerakkannya. Oleh sebab itu, tujuan dari kesejahteraan adalah orang-orang yang ada di setiap sistem tersebut dan kita sebut sebagai komunitas. Itu artinya Gereja harus menularkan kesejahteraan bagi komunitas yang menjalankan sistem-sistem yang ada di dalam kota tersebut. Gereja terpanggil untuk membawa dampak di dunia kerja, sosial dan budaya, keamanan, pendidikan, kerohanian dan lain sebagainya. Gereja harus melepaskan kedamaian, ketenangan, keharmonisan di lingkungannya.
-    Ora et Labora
Kata dan disana menunjukkan adanya dua aktivitas berbeda namun saling berhubungan. Usahakanlah kesejahteraan kota, itu ditempatkan di depan. Artinya terlepas dari panggilan kita sebagai anak Tuhan untuk terus memanjatkan doa syafaat atas kota, bangsa dan negara kita, termasuk para pemimpinnya, adalah sangat penting bagi kita untuk melakukan sesuatu secara nyata demi kesejahteraan kota dimana kita tinggal. Yang sangat disayangkan tidak banyak gereja yang mau keluar dari balik dinding-dindingnya untuk menjangkau kehidupan di luar tembok gereja dengan melakukan sesuatu secara nyata. Mendoakan tentu jauh lebih mudah untuk dilakukan karena tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga dan biaya, tetapi firman Tuhan dalam Yeremia 29:7 ini mengajak kita untuk kembali menyadari apa yang diminta Tuhan sebenarnya. Seberapa jauh gereja hari ini mau berfungsi nyata dalam kehidupan disekitarnya, tanpa tujuan apapun selain mengusahakan kesejahteraan kota seperti panggilan Tuhan itu? Mendoakan itu tentu sangat penting. Doa punya kuasa yang luar biasa, apalagi jika dilakukan oleh orang benar. (Yakobus 5:16b). Tapi sebuah tindakan nyata yang aktif juga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita pikirkan dan lakukan, begitu pentingnya bahkan kata usahakan itu diletakkan di depan.
 Menurut kamus bahasa Indonesia kata mengusahakan ini mencakup:
- mengerjakan sesuatu
- mengikhtiarkan (berpikir dalam-dalam untuk mencari solusi)
- berusaha sekeras-kerasnya dalam melakukan sesuatu
- membuat dan menciptakan sesuatu

Kita tidak akan pernah bisa tergerak untuk melakukan peran aktif demi kesejahteraan kota apabila kita tidak mengasihi kota dimana kita tinggal. Kesejahteraan kota akan sangat menentukan seberapa jauh kesejahteraan kita. Saya berasal dari kota lain, saya percaya bahwa saya berada di kota dimana saya tinggal sekarang bukanlah suatu kebetulan. Demikian pula teman-teman yang saat ini berada jauh dari kota kelahiran. Ada panggilan Tuhan bagi kita untuk mensejahterakan kota di mana kita berada, dan itu adalah kewajiban kita. Jika pendatangpun memiliki tugas untuk kesejahteraan kotanya, apalagi jika anda merupakan penduduk asli di tempat dimana anda berada sekarang. Sudah saatnya gereja bergerak keluar dari tembok-tembok pembatas dan mulai melakukan karya nyatanya demi kemajuan dan kesejahteraan kota dimana kita berada saat ini. Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk itu? Menanam pohon untuk penghijauan? Mengurus anak jalanan? Memberikan ide-ide atau solusi mengatasi problema sosial yang bertumpuk? Atau sekedar berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan, ikut ronda malam dan sebagainya? Percayalah apapun yang anda lakukan atau usahakan atas dasar kerinduan anda untuk mensejahterakan kota tidak akan pernah terbuang sia-sia, meski hal itu mungkin sangatlah kecil dalam penilaian anda secara pribadi. Bayangkanlah sebuah kota dimana keamanannya baik, orang hidup berdampingan secara damai, anda bisa bekerja dengan rasa tenang, bukankah itu indah? Dan siapa bilang kita tidak bisa memberi sumbangsih apapun untuk itu? Mari hari ini kita sama-sama memikirkan dengan serius apa yang bisa kita usahakan untuk kota kita dan apa yang akan menjadi tindakan kita untuk mewujudkannya secara nyata.

Usahakanlah kesejahteraan kota dimana kita berada, karena kesejahteraannya adalah kesejahateraan kita juga.

Tidak ada komentar:

Perjalanan Orang Percaya

EFESUS 5 : 1-18 Hidup adalah sebuah perjalanan. Biasanya ibu-ibu senang kalau sudah ngomong tentang jalan-jalan. Pertanyaannya, d...